Waspadai Hantu Suap

Minggu, 21 Maret 1999

Jakarta, Kompas
"Hantu" suap yang kerap melanda dunia persepakbolaan Indonesia, dikhawatirkan bergentayangan pula dalam putaran 10 Besar Liga Indonesia V sekarang. Upaya suap-menyuap itu akan muncul pada pertandingan-pertandingan terakhir, yang menentukan lolos tidaknya kesebelasan yang masih berpeluang maju ke semifinal.

Pelatih PSIS Semarang, Edy Paryono, mengemukakan itu ketika ditanya Kompas, Jumat (19/3). "Upaya suap-menyuap bisa saja terjadi menjelang pertandingan akhir nanti," ujarnya.

Edy Paryono menyebutkan menjelang pertandingan terakhir, karena saat itu ada kesebelasan yang benar-benar membutuhkan nilai agar bisa lolos. Di lain pihak,
ada pula kesebelasan yang saat itu sudah tidak punya peluang lagi untuk lolos. Di sini jual-beli skor hasil akhir pertandingan bisa berlangsung. Kesebelasan yang membutuhkan nilai akan berusaha merayu tim yang telah tersingkir, untuk memberikan kemenangan bagi kesebelasannya.

Upaya suap-menyuap itu tidak hanya dilakukan langsung oleh ofisial-baik dari tim yang tersingkir maupun tim yang masih punya peluang lolos-melainkan juga melalui perantaraan orang lain. Pihak ketiga itu yang langsung menghubungi pengurus tim tersisih, untuk mengatur hasil akhir pertandingan yang dibutuhkan. Dalam pengaturan skor itu, tentu saja akan ditentukan pula kompensasi imbalan sejumlah uang.

Kesempatan masuknya "hantu" suap dalam pertandingan akhir 10 Besar sangat terbuka, karena penempatan ofisial dan pemain seluruh tim juga dianggap tidak benar. Menurut Edy Paryono, seharusnya pihak panitia pelaksana (panpel) pertandingan jangan menempatkan 10 kesebelasan di satu hotel. Apalagi seperti sekarang ini, menempatkan semua kesebelasan itu hanya di tiga lantai.

Sulit dijaga

Pengamatan menunjukkan, semua anggota tim satu kesebelasan juga tidak menempati kamar satu baris kamar. Ada pemain atau ofisial salah satu kesebelasan, yang bergabung dalam satu baris kamar di satu lantai hotel dengan tim lain.

"Dengan penempatan tim seperti itu, sulit untuk menjaga keamanan pemain dan ofisial. Orang bebas keluar-masuk di lantai lima, enam, dan tujuh Century Park, untuk bertemu dengan orang yang dicari," kata Edy.

Dengan pengaturan seperti itu, lanjutnya, para penyusup "hantu" suap akan mudah menemui ofisial atau pemain yang diincarnya. Penyusup itu tidak akan terpantau, karena semuanya bercampur menjadi satu. Padahal kalau tim ditempatkan terpisah, akan lebih mudah untuk memantau dan menjaganya.

"Di sini (hotel tempat tim menginap -Red), tinggal menyeberang kamar untuk bertemu dengan pemain atau ofisial tim lain," kata Edy. Adanya pesawat telepon di tiap kamar juga memudahkan pemain atau ofisial guna berjanji bertemu dengan "hantu" suap di tempat lain.

Hantu suap juga bisa masuk ke wasit. Namun, untuk menjaga kemungkinan itu, panpel telah mencoba mengantisipasinya dengan tidak membebaskan wasit bertemu tamu di mes mereka di Jl Teuku Umar 66, Jakarta Pusat. Kompas yang hendak menemui mereka, misalnya, harus meminta izin dulu ke petinggi wasit di PSSI. (mul)

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Powered by    Login to Blogger