Tan Liong Houw "Macan Betawi"


Tan Liong Houw saat menerima penghargaan dari Presiden Sukarno
Tan Liong Houw atau Latief Harris Tanoto (lahir di Surabaya, 26 Juli 1930; umur 80 tahun) adalah seorang pemain sepak bola terkenal Indonesia di era tahun 1950-an. Ia dikenal sebagai pemain lini tengah yang perkasa dan ditakuti lawan. Posisinya sebagai gelandang kiri, mengharuskan Liong Houw bermain keras untuk merusak formasi lawan.

Pada masanya, Tan Liong Houw menjadi pujaan tim nasional dan Persija Jakarta. Bahkan para pendukung Tim Persija memberinya julukan "Macan Betawi" walaupun Ia berasal dari
etnis Tionghoa.

Tan Liong Houw tumbuh remaja di Jakarta. Nama "naga" (liong) dan "harimau" (hauw) yang diberikan orangtuanya adalah dua binatang lambang keperkasaan dalam mitologi etnis Tionghoa. Ibunya, Ong Giok Tjiam, semula tidak mengizinkannya menjadi pemain sepak bola. Adiknya, Tan Liong Pha, yang sempat bermain untuk Persib Bandung Junior terpaksa berhenti karena larangan sang ibu. Berbeda dengan adiknya, Liong Houw tetap bermain sepak bola secara sembunyi-sembunyi. Sang ibu memergokinya dan kemudian mengirimnya ke Semarang agar tak bermain sepak bola lagi. Namun nasib baik justru mempertemukannya dengan orang-orang dari klub Tjung Hwa (sekarang PS Tunas Jaya), perkumpulan olah raga warga keturunan Tionghoa kala itu. Orangtuanya kemudian meminta Jaya]]), perkumpulan olah raga warga keturunan Tionghoa kala itu. Orangtuanya kemudian meminta Liong Houw kembali ke Jakarta. Sang ayah akhirnya mengijinkan bermain bola setelah menyaksikan kegigihan anaknya mengasah bakat. Liong Houw kemudian dipanggil masuk ke tim nasional dan prestasinya semakin bersinar.

Tanoto, demikian ia juga biasa dipanggil, tidak menggantungkan penghidupan dari bermain sepak bola. Bermain sepak bola baginya benar-benar karena hobi dan mengabdi kepada negara. Pada waktu itu sebagian dari pemain Tim Sepakbola Nasional Indonesia berasal dari keturunan Tionghoa, seperti Thio Him Tjiang, Kwee Kiat Sek, Phoa Sian Liong, Lie Kiang An, Chris Ong, dan Harry Tjong.

Tudingan bahwa para pemain keturunan Tionghoa akan bermain setengah hati dan kendur semangatnya bila Indonesia bertemu dengan pemain dari Cina sempat membuat Tanoto dan kawan-kawan sakit hati. Pada dekade 1950-an Indonesia sempat dua kali bertemu dengan Republik Rakyat Cina, yaitu pada kualifikasi Olimpiade 1956 dan kualifikasi Piala Dunia 1958. Faktanya, Indonesia selalu sukses melewati para pemain Cina.

Usia 81 tahun masih aktif main bola
Tanoto dan kawan-kawan berhasil masuk perempat final Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia. Pada ajang inilah cerita legendaris itu tertoreh. Tim Merah Putih berhasil menahan Uni Soviet 0-0 sebelum akhirnya kalah 0-4 pada partai ulang hari berikutnya. Tanoto bermain dengan "keringat darah". Kaus kakinya sampai robek di tengah pertandingan karena termakan permainan keras lawan.

Setelah Asian Games 1962 di Jakarta, Tan Liong Houw memutuskan pensiun. Hidupnya kemudian lebih banyak dihabiskan bersama istrinya, Loe Lan Eng atau sekarang lebih akrab dipanggil Hilda Lanawati, dan empat anaknya: Wahyu Tanoto, Budhi Tanoto, Indah Nurjani, dan Harijanto Tanoto. Dua anaknya, Wahyu Tanoto dan Budhi Tanoto, meneruskan bakat sang ayah. Keduanya sempat menjadi pemain nasional pada tahun 1980-an.

Tan Liong Houw sebagai pembawa obor Olimpiade tertua
Tan Liong Houw bermain untuk Tim Merah Putih selama duabelas tahun sejak 1950. Ia memperkuat tim nasional dalam empat Asian Games dan banyak kejuaraan regional. Salah satunya menjuarai Merdeka Games 1961 di Malaysia setelah di babak final mengalahkan tuan rumah 2-1. Ia masih memberikan sumbangan pikiran untuk perkembangan sepak bola nasional dengan menjadi anggota Dewan Penasihat PSSI periode 1999-2003.

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Tan_Liong_Houw
Foto: Google.com

Read more.....

Persijap Paksa Persija Telan Kekalahan Telak

M Yasir bermain cemerlang di pertandingan ini untuk mementahkan peluang yang diperoleh Persija.
Oleh Donny Afroni
Persijap Jepara berhasil bangkit dari ketertinggalan ketika menggasak Persija Jakarta 4-1 di Stadion Gelora Bumi Kartini, Selasa [22/3], dalam lanjutan Superliga Indonesia 2010/11.

Kemenangan itu tidak mengubah posisi Persijap di klasemsen sementara. Laskar Kalinyamat tetap berada di peringkat
13 usai mengoleksi poin 17 dari 17 pertandingan yang telah dijalani.

Begitu juga dengan Persija yang tetap di posisi kedua. Tim Macan Kemayoran mengumpulkan poin 32. Raihan angka Persija sama dengan Persisam Samarinda, namun tim besutan Rahmad Darmawan ini unggul selisih gol. Bagi Persija, ini merupakan kekalahan telak pertama yang diraih Persija pada musim ini.

Sukses ini mempunyai arti tersendiri bagi Alberto 'Beto' Goncalves. Pasalnya, laga melawan Persija merupakan kali pertama Beto mencetak gol bersama Persijap. Di pertandingan ini, Beto melesakkan dua gol. Persijap juga patut berterima kasih kepada kiper M Yasir yang bermain cemerlang untuk mementahkan sejumlah peluang emas milik Persija.

Dalam pertandingan ini, Persija sebetulnya mendominasi permainan dibandingkan tuan rumah. Pelatih Persijap Suimin Diharja menerapkan skema bertahan sambil sesekali melakukan serangan balik. Suimin juga menempatkan ujung tombak Johan Juansyah sebagai gelandang. Namun skema itu dapat berjalan baik.

Laga berjalan sembilan menit, Greg Nwokolo sudah menebarkan ancaman. Tapi tendangan keras striker Persija itu dari luar kotak penalti masih bisa dibendung M Yasir.

Upaya Persija untuk unggul lebih dulu membuahkan hasil pada menit ke-23. Greg yang menusuk dari sisi kanan pertahanan Persijap berhasil masuk ke dalam kotak penalti, dan memberikan umpan kepada Agu Casmir, yang langsung menceploskan bola ke gawang M Yasir.

Tertinggal satu gol, Persijap berusaha bangkit. Serangan balik cepat dikembang tim tuan rumah untuk membongkar pertahanan lawan. Persijap mendapat peluang ketika Gendut Doni melepaskan tendangan keras, namun bola dapat ditepis Hendro Kartiko.

Publik tuan rumah akhirnya bersorak kegirangan ketika tandukan Evaldo Silva memanfaatkan umpan Jose Sebastian di menit ke-29 menyamakan kedudukan. Skor 1-1 bertahan hingga babak pertama usai.

Di babak kedua, Persija tetap menerapkan permainan agresif. Kecemerlangan M Yasir mementahkan peluang yang diperoleh tim tamu di awal babak kedua. Pada menit ke-53, M Yasir berhasil memblok tendangan Greg.

Keasyikan menyerang, Persija lengah di pertahanan. Persijap berbalik unggul melalui gol Beto pada menit ke-61 menyambut bola muntah tendangan Rizky Novriansah.

Persija mencoba memberikan respon. Selang tujuh menit kemudian, tim Macan Kemayoran mendapat peluang melalui Bambang Pamungkas yang lepas dari jebakan off-side. Bambang yang sudah berhadapan dengan M Yasir gagal menyelesaikannya dengan baik, karena kiper Persijap itu berhasil memblok tendangannya.

Pada menit ke-82, Persijap memperbesar keunggulan lewat gol Rizky memanfaatkan bola muntah tendangan Johan Juansyah dari luar kotak penalti. Gol Beto pada masa injury time memastikan Persijap memetik kemenangan 4-1.


Sumber: goal.com

Read more.....

Awas, Wasit Berubah Pikiran!

Kompas, Senin, 22 Maret 1999
MASIH ingat kasus jual beli pertandingan dan 'mafia' wasit yang berbuntut dengan dicopotnya Djafar Umar dari posisi Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI tahun 1998? Itulah salah satu puncak dari terkuaknya sejumlah permainan kotor antara wasit dan oknum di PSSI dalam sejarah Liga Indonesia. Para publik bola akhirnya menyadari betapa banyaknya unsur nonteknis yang bisa menghadang maupun memuluskan sebuah tim lolos ke Senayan. Termasuk di antaranya, "kongkalikong" antara wasit, pemilik klub, maupun beberapa oknum dalam tubuh PSSI sendiri.

Taruhlah misalnya kasus 'mafia' tadi sudah selesai, menyusul dihukumnya Djafar Umar selama 20 tahun oleh PSSI. Anggap saja itu sebagai sesuatu yang kasuistis, dan nyatanya memang sejak awal hingga putaran 10 Besar LI V, hampir tak terbetik lagi isu soal suap terhadap wasit di lapangan. Tetapi,
apakah bisa dijamin bahwa biang-biang "penyakit kronis" tersebut tidak kambuh lagi dalam putaran 10 Besar LI V ini? Mari kita mencoba husnuz dzhon (berprasangka baik).

Dengan makin tegasnya sikap PSSI terhadap "korps pengadil" di lapangan, mungkin relatif sulit menemukan suap-menyuap dalam putaran 10 Besar hingga putaran semifinal dan final LI V ini. Bisa jadi, kharisma Letjen TNI Agum Gumelar sebagai Ketua Umum PSSI membuat ciut nyali para oknum pengurus PSSI maupun para pengurus klub untuk "macam-macam".

Sekum PSSI Nugraha Besoes dalam percakapan dengan Kompas mengakui, sangat sulit bagi oknum PSSI untuk bermain dengan wasit. Alasannya sederhana saja. Bukan cuma karena makin tegasnya PSSI, tetapi juga karena antara wasit dan pengurus teras PSSI tidak begitu saling mengenal. "Saya pernah dituding ada apa-apa dengan wasit dan klub dalam berbagai pertandingan. Ya Allah, bagaimana mau macem-macem, kenal mereka (para wasit-Red) saja tidak!" sergah Nugraha.

Kalau begitu, relatif bisa dijamin bahwa isu politik uang (money politics) yang lagi santer disebut-sebut menjelang Pemilu 1999, tidak sampai menular ke dunia sepak bola. Barangkali yang perlu dikhawatirkan adalah kemungkinan adanya teror penonton terhadap wasit.

Trauma kerusuhan yang timbul akibat kerumunan massa akhir-akhir ini begitu membekas di kalbu setiap warga negara, tak terkecuali (mungkin) terhadap mereka yang menyandang predikat wasit. Kendati cuma sesaat, "histeria" massa (penonton) bukan tidak mungkin membuat wasit bisa berubah pikiran untuk menjatuhkan hukuman kepada pemain dari salah satu tim yang sedang berlaga. Terlebih, jika salah satu tim bersangkutan mempunyai pendukung mayoritas di tribun.

Menanggapi hal itu, Djajat Sudradjat, satu dari 20 wasit yang dipersiapkan PSSI untuk putaran 10 Besar hingga final LI V ini, menyatakan sudah siap "berjibaku". "Bukan hanya fisik, mental saya sudah siap. Demi fair play, saya siap mati di lapangan hijau. Ini jangan diartikan menantang suporter maupun pemain untuk gelut. Ini untuk menunjukkan bahwa wasit pun punya komitmen dan harga diri demi peraturan persepakbolaan," tegas wasit berkualifikasi FIFA asal Cianjur (Jabar) itu.

Pengakuan serupa juga diperoleh dari wasit lainnya, Darwiswan Lumu, asal Palu (Sulteng). "Buat apa jauh-jauh datang ke Senayan, kalau akhirnya kami harus berubah pikiran karena teror. Jangankan ancaman fisik, iming-iming uang pun kami tampik!" tandasnya.

Pernyataan tersebut sangat bisa jadi mewakili komitmen korps wasit PSSI dalam menegakkan fair play. Semoga bukan sekadar kebulatan tekad. (nar)

Read more.....

Cuap-cuap...Suap...Sulap!

Minggu, 21 Maret 1999
KALAU sekarang sedang diributkan money politics, uang suap di panggung politik, apakah berarti juga adanya "duit politik" di lapangan rumput? Sepak bola dan suap-menyuap, menurut cuap-cuap gosip edisi terakhir, tak mustahil telah dan akan terjadi di pentas Liga Indonesia (LI) V ini. "Sejak awal Orde Baru, pemain sepak nasional kita sudah kenal uang suap, duit sogokan. Pokoknya dapat uang gampang, asal mainin skor pertandingan," kata satu sumber.

Celakanya,
suapan uang kepada oknum pemain itu, semuanya ingin agar yang tersuap itu bermain buruk, mengalah, tak bikin gol, atau main ogah-ogahan, dan kalau perlu bikin gol bunuh diri. "Kalau menyogok supaya pemain bermain prima, itu, sih, bukan nyogok, itu kasih bonus," kata si pengulas.

"Yang diincar setan penyuap itu, biasanya striker gacoan, pemain belakang, dan kiper. Atau semuanya disogok, ofisial dan semua pemain termasuk cadangan, supaya mengalah dan bikin skor sulapan. Suapan ini tidak mesti menyulap skor kalah, tapi juga bikin sulapan skor yang draw. Atau ofisial disuap, supaya memasang tim dengan pemain lemah semua."

Tanpa menyebut nama dan asal klub atau tim negara, sumber memberi contoh betapa tendangan penalti bisa meleset, sundulan kepala menjadi bola lembek dan mudah dipetik kiper, atau kiper tiba-tiba kaku dan tak mampu menangkap bola lemes yang lewat selangkangannya. Juga bek tangguh menjadi bodoh dan cuma bengong digocek pemain anak bawang. Malah tim perkasa tiba-tiba dibocorkan gol 6-0 sama tim payah. "Semua kejadian mirip sulap ini, berkat campur tangan uang suap bandar petaruh," kata sumber.

Suap dan skor sulapan itu, bukan isu asal cuap-cuap. Masyarakat pun mafhum, kalau terjadi peristiwa lucu-lucu mirip adegan sulap buat anak sekolah di lapangan bola, pasti ada "udang sogok" di balik "kepala batu pemain".

***
NAMUN, sumber lain mengatakan, tak semua skor yang kagak-kagak itu, gara-gara suap. Sebab ada juga kasus skor jejadian, tidak ada hubungannya dengan uang suap. Sumber ini mengilas balik lagi kasus PSSI di Vietnam bulan September 1998 lalu, saat melawan tim Thailand menjelang final, salah seorang pemain Indonesia tiba-tiba bikin gol swalayan, alias gol bunuh diri ke gawang sendiri. Akibatnya nama Indonesia dicerca bolak-balik dunia sepak bola internasional.

"Kasus itu, sebenarnya strategi. Ofisial dan pemain Indonesia tidak terlibat kasus suap. Cuma cara menyulap skor itu terlalu kasar, hingga pemain bola yang manusia itu disamakan dengan gajah. Skandal skor sepak bola itu, maksudnya supaya Indonesia mulus melangkah ke depan, tanpa melawan lawan berat. Supaya mendapat lawan enteng, Indonesia mengalah dan berlagak kalah. Namun, sandiwaranya kampungan berat," katanya.

Soal suap dan menyulap skor, sandiwara heboh ini paling tidak tercatat pertama kali sekitar tahun 1960. Saat itu, tim Indonesia untuk Pra-Olimpiade 1960 harus berlaga melawan tim India. Di atas kertas, tim India itu nehi dan bukan lawan berat. Namun kenyataannya Indonesia keok. Padahal susunan pemain Indonesia saat itu, boleh dikata The Dream Team yang pernah ada.

Sejak awal 1960-an, pemain sepak bola bukan dicurigai bermain "sabun" alias terima suap. Entah apa hubungannya sabun dengan suap dan opera sabun, namun tiap ada permainan aneh-aneh di lapangan, pasti terjadi teriakan "Sabuuun...! Sabuuun!". Penonton pun mulai apriori, sering menuduh banyak pemain yang sudah kemasukan setan suap.

Cap sabun ini makin terpatri, manakala tim nasional lagi-lagi tengsin alias kepergok bermain sulap. Tahun 1977 di Merdeka Games Malaysia, pers asing melongo dan terheran-heran bingung, waswas menonton pemain top Indonesia kok bikin gol ke gawang sendiri. Ketua Umum PSSI Ali Sadikin kontan memanggil pelatih Sinyo Aliandoe, lalu meminta tim khusus meneliti siapa yang main sabun, siapa saja yang kebagian busa sabun. Gara-gara tindakan ekstrem Bang Ali, Ketua Bidang Kesebelasan PSSI Brigjen TNI Acub Zaenal dengan sportif yang menanggung dan menjawab, permisi mengundurkan diri.

***
SEMAKIN maraknya pertandingan sepak bola, kian marak pula tuduhan adanya permainan sabun dan suap-menyuap. Tak aneh kalau masyarakat Indonesia sudah punya pandangan stereotip, oknum orang bola Indonesia itu dapat disuap. Dari atas sampai ke bawah, banyak oknum doyan duit sogokan. Yang tidak nempil, cuma si bola kulit yang benda mati.

"Wasit jangan dianggap bersih. Selama sandiwaranya bersih dan rapi, wasit itu terselamatkan dari tuduhan suap. Kalau dia asal tiup peluit, sembarangan memberikan tendangan penalti, atau ngaco keluarin kartu kuning dan merah, pasti penonton berteriak, atau malah keburu digebuk pemain yang nekat," katanya. "Jadi kasus pemukulan wasit, mungkin akibat sampingan dari suap ini."

Jadi selama beberapa hari ini, penonton LI V di Senayan atau penonton di rumah melalui televisi, tentunya sambil menonton juga sambil menilai, kesebelasan mana dan siapa saja yang bermain tidak prosedural. "Penonton banyak yang pintar, gara-gara media massa termasuk siaran langsung sepak bola internasional," katanya.

Tanpa main duga dan praduga, LI V anggap saja bersih dari sulapan dan sabun-sabunan. Di saat serba krisis kini, mestinya setan penyuap itu mudah menggelincirkan ofisial, pemain, dan wasit dengan "busa" sabunnya. Apalagi sekarang lagi zamannya money politics. Tak mustahil politik juga masuk ke lapangan bola. "Ingat! Katanya oknum anggota terhormat di kursi legislatif saja bisa disuap, bisa diajak main sulap soal keputusan penting negara, apalagi cuma pemain yang tahunya cuma nendang bola," kata si sumber dengan sok tahu.

Kalau sudah begini, apa yang diharap? Harap-harap saja tidak ada kasus suap di LI V. Kalau sampai terjadi, anggaplah saja pagelaran LI V ini pertunjukan sulap sepak bola. Mumpung tahun ini pun, katanya, bakalan terjadi adegan sulap Pemilu '99 gara-gara money politic. Titik! (R Badil)


Sumber: psmsmedan.multiply.com

Read more.....

Waspadai Hantu Suap

Minggu, 21 Maret 1999

Jakarta, Kompas
"Hantu" suap yang kerap melanda dunia persepakbolaan Indonesia, dikhawatirkan bergentayangan pula dalam putaran 10 Besar Liga Indonesia V sekarang. Upaya suap-menyuap itu akan muncul pada pertandingan-pertandingan terakhir, yang menentukan lolos tidaknya kesebelasan yang masih berpeluang maju ke semifinal.

Pelatih PSIS Semarang, Edy Paryono, mengemukakan itu ketika ditanya Kompas, Jumat (19/3). "Upaya suap-menyuap bisa saja terjadi menjelang pertandingan akhir nanti," ujarnya.

Edy Paryono menyebutkan menjelang pertandingan terakhir, karena saat itu ada kesebelasan yang benar-benar membutuhkan nilai agar bisa lolos. Di lain pihak,
ada pula kesebelasan yang saat itu sudah tidak punya peluang lagi untuk lolos. Di sini jual-beli skor hasil akhir pertandingan bisa berlangsung. Kesebelasan yang membutuhkan nilai akan berusaha merayu tim yang telah tersingkir, untuk memberikan kemenangan bagi kesebelasannya.

Upaya suap-menyuap itu tidak hanya dilakukan langsung oleh ofisial-baik dari tim yang tersingkir maupun tim yang masih punya peluang lolos-melainkan juga melalui perantaraan orang lain. Pihak ketiga itu yang langsung menghubungi pengurus tim tersisih, untuk mengatur hasil akhir pertandingan yang dibutuhkan. Dalam pengaturan skor itu, tentu saja akan ditentukan pula kompensasi imbalan sejumlah uang.

Kesempatan masuknya "hantu" suap dalam pertandingan akhir 10 Besar sangat terbuka, karena penempatan ofisial dan pemain seluruh tim juga dianggap tidak benar. Menurut Edy Paryono, seharusnya pihak panitia pelaksana (panpel) pertandingan jangan menempatkan 10 kesebelasan di satu hotel. Apalagi seperti sekarang ini, menempatkan semua kesebelasan itu hanya di tiga lantai.

Sulit dijaga

Pengamatan menunjukkan, semua anggota tim satu kesebelasan juga tidak menempati kamar satu baris kamar. Ada pemain atau ofisial salah satu kesebelasan, yang bergabung dalam satu baris kamar di satu lantai hotel dengan tim lain.

"Dengan penempatan tim seperti itu, sulit untuk menjaga keamanan pemain dan ofisial. Orang bebas keluar-masuk di lantai lima, enam, dan tujuh Century Park, untuk bertemu dengan orang yang dicari," kata Edy.

Dengan pengaturan seperti itu, lanjutnya, para penyusup "hantu" suap akan mudah menemui ofisial atau pemain yang diincarnya. Penyusup itu tidak akan terpantau, karena semuanya bercampur menjadi satu. Padahal kalau tim ditempatkan terpisah, akan lebih mudah untuk memantau dan menjaganya.

"Di sini (hotel tempat tim menginap -Red), tinggal menyeberang kamar untuk bertemu dengan pemain atau ofisial tim lain," kata Edy. Adanya pesawat telepon di tiap kamar juga memudahkan pemain atau ofisial guna berjanji bertemu dengan "hantu" suap di tempat lain.

Hantu suap juga bisa masuk ke wasit. Namun, untuk menjaga kemungkinan itu, panpel telah mencoba mengantisipasinya dengan tidak membebaskan wasit bertemu tamu di mes mereka di Jl Teuku Umar 66, Jakarta Pusat. Kompas yang hendak menemui mereka, misalnya, harus meminta izin dulu ke petinggi wasit di PSSI. (mul)

Read more.....

PSMS Terjebak Emosi

Medan, WASPADA Online
Para ofisial dan pemain PSMS Medan sangat menyayangkan sikap penonton yang brutal, juga petugas keamanan dari salah satu kesatuan dan wasit. Karena mereka tidak memperlihatkan sportifitas olahraga, akibatnya pemain PSMS terjebak emosi kemudian tidak lagi mampu mengendalikan diri di lapangan dan akhirnya kalah 1-2 di kandang Persija Jakarta.

"Kalah menang dalam olahraga itu hal yang biasa, tetapi hendaknya diperoleh melalui sportifitas bukan menghalalkan segala cara," ujar asisten manajer tim PSMS H Randiman Tarigan saat dihubungi melalui HP-nya di Jakarta, Minggu (20/3) malam.

Manajer tim Drs H Ramli MM mengisyaratkan, tidak tertutup kemungkinan PSMS akan memprotes kepada PSSI. "Kita dikerjai, ini dikarenakan untuk memenuhi ambisi Persija yang dituntut oleh
pembinanya Sutiyoso mengalahkan PSMS," kata Ramli yang Sekda Pemko Medan.

PSMS sempat memimpin 1-0 dari tim berjuluk "Macan Kemayoran" itu melalui gol Christian Carrasco lewat tembakan menyilangnya. Bermain meyakinkan tetapi begitu adanya teror dari penonton yang terang-terangan melempari pemain PSMS dengan batu, membuat segalanya jadi rusak.

Itu masih ditambah lagi dengan kurang sigapnya petugas keamanan serta terlalu menyebelahinya wasit kepada tim tuan rumah, sehingga Persija mampu membuat dua gol yang diborong Batoum Roger menit 43 dan 70. "PSMS jelas dikerjai. Kalau tidak saya yakin kemenangan 1-0 yang diperoleh di babak pertama menit 25 akan dapat bertambah sekaligus membawa kita sebagai pemenang," sesal Randiman.

Randiman juga mengakui penampilan anak-anak asuhan cukup meyakinkan, walau diawal pertandingan sempat mendapat tekanan dari Persija, setelah permainannya kurang berkembang. Namun menjelang memasuki menit ke-15 permainan Mayadi Panggabean dan kawan-kawan menemukan bentuk permainan serta karakternya, akhirnya mampu membuat kejutan-kejutan ke gawang Hendro Kartiko.

Peristiwa serupa juga terjadi di LI X. Kejadiannya bukan hanya di Stadion Lebak Bulus saja, tapi malah merembet hingga ke bus yang mengangkut rombongan PSMS saat hendak bertolak ke penginapan. Mereka dilempari hingga beberapa bagian kaca sebelah kanan bus berpecahan. Pertemuan kedua tim yang selama ini bermusuhan, kemarin, sempat diwarnai sedikit kericuhan antara pemain menit 80, tetapi dapat diredam.

PSDS kalah 1-5
Di Stadion Gajayana Malang, PSDS Deliserdang juga harus menelan pil pahit. Tim Traktor Kunig dipukul secara telak oleh tim tuan rumah Arema Malang 1-5. Kelima gol Arema dicetak Francis Younga dengan hatrik menit 5, 16 dan 68. Dua gol lainnya dipersembahkan Yunior Lima menit 16 dan 75. Gol balasan PSDS diciptakan Mustafa Kambat menit 45. Pertandingan sempat dihentikan pada menit ke-63 selama sekitar 22 menit, karena lapangan tergenang air akibat diguyur hujan deras. (m24/ant)

Read more.....

Persija dan Persib sama-sama kehilangan pemain kunci


Derby D'Indonesia tinggal beberapa jam lagi akan dilangsungkan di Stadion Si Jalak Harupat, Jumat (18/3/2011) ini. Dalam "Big Match" yang selalu panas ini, kedua tim tampaknya harus kehilangan beberapa pemain pilarnya. Di kubu Persija, Eric Arsene Bayemi, Agu Casmir dan Ismed Sofyan diragukan dapat tampil. Coach Rahmad Darmawan masih akan melihat kondisi ketiga pemain tersebut hingga jelang laga nanti.

Eric Bayemi mengalami cedera pada engkelnya saat menghadapi Persiba pada pertandingan sebelumnya. Dalam pertandingan yang sama, Agu Casmir juga mengalami cedera saat merayakan selebrasi golnya dengan bersalto ria. Kehilangan beberapa pemain penting tentu membuat Coach Rahmad Darmawan harus memutar otak untuk mencari formasi terbaiknya.

Beruntung masih ada...
Toni Sucipto yang berhasil memainkan peran Eric Bayemi saat bentrok dengan Persiba di Senayan kemarin. Tanpa Agu Casmir, Persija masih memiliki Aliyudin untuk diduetkan dengan Bambang Bepe Pamungkas. Tentu saja jika Bayemi dan Agu bisa diturunkan akan lebih memudahkan Coach RD untuk merancang strategi.

Sementara Persib juga kemungkinan bakal tampil dengan tanpa Christian "El Loco" Gonzales yang kabarnya masih mengalami cedera betis. Begitu pula bomber Persib lainnya, Hilton Moriera, yang terkena hukuman akumulasi kartu. Walaupun dalam sesi latihan terakhir Gonzales sudah mulai ikut berlatih namun Pelatih Persib Daniel Roekito telah menyiapkan Rahmat Afandi dan Airlangga Sucipto untuk mengisi posisi striker.

Read more.....

Petak Sinkian dan Kejayaan Sepak Bola Indonesia

Lapangan Petak Sinkian kandang Union Makes Strength (UMS)
Oleh Alwi Shahab

Pelaku dan pecinta sepak bola di Jakarta terkesiap tatkala mendengar kabar lapangan sepak bola Petak Sinkian akan digusur. Sulit bagi mereka membayangkan lapangan bersejarah yang terletak di Jalan Ubi Petak Sinkian, Kelurahan Manggabesar, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, ini hilang begitu saja.

Selain menjadi saksi sejarah kehebatan di masa lalu, Petak Sinkian masih menjadi penghasil calon bintang masa depan lapangan hijau. Saat ini, sekitar 250 anak yang berlatih di sana akan kehilangan tempat latihan jika Petak Sinkian digusur.

Bicara Petak Sinkian tak terlepas dari sejarah etnis Tionghoa di Jakarta pada 1900-an. Pada 15 Desember 1905, berdiri perkumpulan olah raga Tiong Hoa Oen Tong Hwee (THOTH). Awalnya, THOTH mengutamakan atletik, tetapi kemudian melebar ke sepak bola, bola sodok, dan tenis.

Pada 20 Februari 1912, berdiri pula Tiong Hoa Hwee Kian (THHK) yang didirikan oleh Oey Keng Seng dan Louw Hap le. Nama THHK kemudian diubah menjadi Union Makes Strength (UMS). Kemudian 1923, atas kesepakatan para anggotanya, THOTH melebur ke dalam UMS.

Pada masa kolonial, klub yang kala itu dihuni pemain keturunan Cina berkali-kali menjurai Voetbal Bond Batavia Omstreken (VBO) tahun 1930, 1932. 1933, 1937, 1938. dan 1949. Pada 1950. VBO kemudian menjadi Persija dan UMS pun membuka pintu kepada warga pribumi.

Salah satu pemain UMS yang memperkuat Persija adalah Kwee Hong Sing, kakek dari Kim Jeffrey Kurniawan yang bermain di Persema Malang. Bukan cuma Hong Sing, UMS juga menghasilkan pemain-pemainketurunan Cina yang memperkuat Persija dan PSSI, yaitu Kiat Sek, Chris Ong, Him Tjiang, Tek Eng, Tan Liong Houw, dan Wim Pie. Dua nama terakhir berasal dari klub Chung Hua, yang juga didirikan oleh keturunan Cina di Jakarta.

Ada juga nama Van der Vin, kiper blaster-an Indonesia-Belanda asal UMS yang pernah menahan tendangan penalti pemain legendaris Hungaria dan Real Madrid, Ferenc Puskas. Van der Vin juga membuat Raymond Copa-pemain legendaris dari Prancis- frustrasi karena sulit menembus gawangnya saat timnya datang ke Indonesia.

Setelah menerima warga pribumi, muncul nama Mohammad Djamiat Dalhar, putra Betawi yang kemudian bersama Ramang dan San Liong menjadi striker yang tangguh di PSSI di era 1950-an. Berikutnya Oyong Liza, Rony Paslah, Isman Jasulmei, Ruli Ne-re, Ely Idris, Ricky Yacobi, dan banyak lagi.

Petak Sinkian merupakan salah satu 1 lapangan yang digunakan untuk kompetisi bond-bond Persija tahun 1950-an dan 1960-an. Kala itu, stadion utama Gelora Bung Karno belum dibangun dan baru digunakan pada Asian Games II tahun 1962. Selain itu, ada lapangan VIOS (Menteng) yang sekarang sudah berubah menjadi taman Menteng.

Waktu itu di Jakarta, banyak memiliki lapangan sepak bola, termasuk di kampung. Mereka berkompetisi di lapangan Ikada pada Sabtu dan Ahad, sebelum Monas dibangun. Bond-bond di Jakarta ambil bagian, yaitu UMS, Hercules, BVC, VIOS. Maesa, Maluku, Bintang Timur, Setia, dan Chung Hua.

Setelah lapangan Menteng digusur, keberadaan lapangan Petak Sinkian harus dipertahankan mengingat lapangan ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah persepakbolaan Tanah Air. ed israr nah
Sumber: republika.co.id

Read more.....

Babak ke 2: Persija hajar Persiba 5-1 di Gelora Bung Karno

Persija langsung menyerang di awal babak kedua. Kali ini Persija lebih variatif dalam serangan. Namun justru Persiba yang lebih dulu membahayakan gawang Hendro Kartiko lewat tendangan bebas Aldo Bareto. Beruntung tendangannya masih melayang di atas gawang.

Pelatih Persiba memasukkan Edi Gunawan untuk menggantikan Trias Budi Santoso di menit 53 untuk memperkuat lini tengahnya.

Pada menit 55, M Ilham yang menusuk dari sisi kiri berusaha mengumpan ke tengah. Namun umpannya dipotong oleh Milo Dadic yang justru menjebol gawang Galih Sudaryono. Skor 2-1 untuk Persija.

Persiba coba bangkit. Lewat Asri Akbar di menit 56 yang melepas tendangan keras dari luar kotak penalty namun masih melebar.

Ilham nyaris membuat gol di menit 58 ketika
Greg yang menerobos sisi kanan pertahanan Persiba berhasil mengirim umpan mendatar ke arah M. Ilham. Sayang tendangan M.Ilham masih melebar tipis di sisi kiri gawang.

Di menit 60, Agu Casmir mencetak gol setelah menerima matang dari Greg. Walau Iqbal Samad sudah berusaha melakukan takle namun tidak berhasil menggagalkan upaya Agu untuk menceploskan bola. Sayangnya selebrasi gol yang dilakukan Agu Casmir agak berlebihan sehingga ia mengalami cedera pada engkelnya. Akibatnya, Agu langsung ditarik keluar oleh coach Rahmad Darmawan dan digantikan oleh Aliyudin pada menit ke 64.

M.Ilham menunjukkan permainan yang sangat cantik sepanjang permainan. Salah satunya ketika ia meliuk-liuk melewati beberapa pemain Persiba sebelum ditekel keras dari belakang oleh Aldo.

Di menit 67, Bepe yang sudah berada bebas di sisi kanan pertahanan Persiba gagal memanfaatkan umpan silang dari M.Ilham. Tendangannya masih melebar di sisi kanan gawang lawan.


Persiba coba menyerang dengan serangan balik di 69 namun umpan jauh De Jong ke Khairul Amri masih mentah di kaki bek persija.

Menit 72, M.Ilham kembali melakukan aksi brilliant. Menusuk dari tengah kemudian menerobos pertahanan Persiba dan melepas tembakan karas sedikit di luar kotak penalty tanpa dapat di halau oleh kipper Persiba. Skor 4-1 untuk Persija.

Pelatih Persiba mencoba memperbaiki system pertahanannya dengan memasukkan gelandang bertahan, Jefry Dwi Hadi yang masuk menggantikan Asri Akbar di menit 74.

Persiba bukannya tidak pernah mengancam gawang Persija. Tusukan Sultan Samah di menit 74 dari sisi kanan gawang Hendro masih di bisa diblok dan bola muntah langsung dibuang Amarzukih yang bermain cukup baik.

Aliyudin yang sudah berhadapan langsung dengan kipper gagal menceploskan bola setelah placing bolanya berhasil dihalau oleh Galih Sudaryono di menit 77.

Pemain Persiba tampak mulai frustrasi dan pada menit 78 Aldo Bareto mendapat hadiah kartu kuning dari wasit asal Malaysia setelah melanggar Toni Sucipto dengan keras.

Persiba masih mencoba memperbaiki penampilan dengan memasukkan Eki Nurhakim menggantikan Khairul Amri pada menit 79. Namun tampaknya Persija sudah terlanjur di atas angin.

Di menit 81, tendangan keras Greg dari dalam kotak penalty masih berhasil ditepis Galih Sudaryono yang sebenarnya bermain cukup baik. Greg melepaskan tendangan setelah berhasil melewati dua orang pemain Persiba dengan aksi individunya.

Kiper Persiba kembali harus bekerja keras menghalau serangan ketika Oliver Makor melepaskan tendangan kerasnya dari luar kota penalty di menit 84.

Unggul 4-1 tidak membuat pelatih Persija berpuas diri. Menit 84, Oktavianus dimasukkan untuk menggantikan M.Ilham yang sepertinya sudah mulai kehabisan tenaga.

Belum lama masuk lapangan, Oktavianus nyaris mencetak gol. Sayang, di menit 88 dia gagal memanfaatkan umpan manis dari Greg yang bermain sangat luar biasa.

Aliyudin akhirnya melengkapi pesta gol Persija setelah di menit 90 berhasil mencocor bola di depan gawang. Kembali Greg menjadi momok bagi pertahanan Persiba setelah menyisir sisi kanan gawang sebelum memberi umpan matang pada Aliyudin. 

Dengan hasil ini Persija kini naik ke posisi tiga klasemen sementara dengan nilai 29 dari hasil 9 kali menang, 2 kali seri dan 4 kali kalah.

Read more.....

Update Skor Babak 1, Persija-Persiba 1-1

Persija langsung membuka serangan di menit pertama melalui Greg yang menyisir sisi kiri tapi belum berhasil menembus pertahanan lawan.
Akhirnya Persija membuka skor lewat Bambang Pamungkas di menit 9 yang memanfaatkan umpan Ilham. 1-0 untuk Persija
Pada menit 20 kembali Greg coba mendobrak dari tengah tapi keburu ditekel de jong dari belakang.
Menit 21, Bayemi harus keluar dan diganti
Toni Sucipto karena mengalami cedera engkel.
Bepe sempat mencoba tembakan jarak jauhnya dari luar kotak penalti di menit 26 tapi masih melayang diatas gawang Galih Sudaryono.
Justru serangan balik Persiba di menit 27 melalui Aldo Bareto berujung gol setelah sebelumnya Ambrizal gagal mengantisipasi bola silang. Skor 1-1.
Menit 33 Makor seharusnya dapat membawa Persija unggul namun ia gagal memanfaatkan umpan silang mendatar dari greg walau sudah di berada di depan gawang.
Upaya Greg di menit 38 juga masih melebar. Begitu pula upaya dari Makor di menit 40.
Satu hal yang menarik adalah hadirnya Gugun Gondrong di pinggir lapangan bersama sejumlah pendiri The JakMania untuk memberikan dukungan kepada para pemain.

Read more.....

Rahmad Darmawan Belum Puas Kinerja Skuad Persija

Rahmad Darmawan
Rahmad Darmawan belum puas dengan ketajaman lini depannya.

Persija Jakarta berhasil mengalahkan tim Pra PON DKI saat bertanding uji coba di Stadion Ciracas, Jakarta Timur hari Sabtu kemarin (05/03).

Pada laga uji coba tersebut, Persija berhasil menyarangkan tiga gol dan tidak mampu dibalas oleh lawannya tersebut. Gol-gol Persija dicetak oleh Bambang Pamungkas ,Amarzuki dan Greg Nwokolo.

Tetapi meskipun berhasil mengemas kemenangan, pelatih Persija, Rahmad Darmawan mengaku masih belum puas dengan kinerja
skuadnya tersebut terutama lini depan.

Rahmad menyayangkan skuadnya hanya berhasil mencetak tiga gol, padahal peluang untuk mencetak gol sangat banyak. Oleh karena itu, sebelum pertandingan perdana menghadapi Persiba Balikpapan pada tanggal 13 Maret mendatang, Rahmad akan mengasah ketajaman lini depan skuadnya.

Sumber: goal.com/Tegar Paramartha

Read more.....

Mantan Manajer PSM & Persija Calonkan Diri Jadi Ketum PSSI

Diza Rasyid Ali
Diza merupakan wanita pertama yang pernah menjabat sebagai manajer tim di persepakbolaan Indonesia.

Mantan manajer PSM Makassar dan Persija Jakarta Diza Rasyid Ali menyatakan bakal ikut meramaikan bursa persaingan memperebutkan kursi ketua umum PSSI periode 2011-15.

Menurut Diza, dirinya merasa terpanggil untuk membenahi persepakbolaan di tanah air yang belakang ini karut-marut. Diza berjanji akan membawa perubahan dalam manajemen PSSI apabila dirinya mendapatkan kepercayaan menjadi orang nomor satu di induk organisasi sepakbola nasional itu.

“Saya prihatin dengan kisruh yang terjadi di tubuh PSSI serta minimnya prestasi timnas Indonesia di pentas dunia. Karena itu, saya menyatakan
secara resmi mencalonkan diri untuk dipilih memimpin PSSI yang berada di bawah naungan FIFA,” ujar Diza.

“Sebagai warga negara yang kebetulan mempunyai kesempatan terlibat dalam pembinaan sepakbola mulai dari daerah, nasional hingga inbternasional, ada kerinduan di dalam diri saya untuk memberikan sumbangsih tenaga dan pikiran untuk kemajuan sepakbola nasional.”

Diza bukan merupakan wajah baru dalam persepakbolaan nasional. Ia pernah menjabat sebagai manajer tim Persija dan PSM. Diza pun menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai manajer tim sebuah klub sepakbola di Indonesia. Diza menyatakan siap bersaing dengan calon lainnya.

“Saya bisa bersaing dengan mereka. Saya juga sudah punya program, diantaranya sistem manajemen, keuangan yang transparan, dan harus akuntabilitas, serta lepas dari kepentingan pribadi atau kelompok,” tegas Diza.

Sumber: goal.com/Donny Afroni

Read more.....

Van Bronckhorst & 19 Pemain Keturunan Akan Datang Ke Indonesia

Giovani van Bronckhorst
Pemerintah akan datangkan 20 pemain keturunan Belanda-Indonesia untuk membangkitkan motivasi sepakbola Indonesia.

Melalui sebuah program yang bernama 'Indonesia Tanah Air Beta', pemerintah Indonesia akan mendatangkan 20 pemain keturunan Belanda-Indonesia termasuk kapten timnas Belanda di Piala Dunia 2010, Giovani van Bronckhorst.

Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi, Felix Wanggai, mengungkapkan bahwa salah satu tujuan dari program tersebut adalah untuk
membangkitkan motivasi sepakbola nasional.

"Program ini dinamakan Indonesia Tanah Air Beta. Pemain yang didatangkan semuanya berdarah Indonesia dan bermain di kompetisi di Eropa," katanya.

Pemain-pemain keturunan tersebut akan berada di Indonesia pada tanggal 13 Maret sampai tanggal 24 Maret, dan ada tiga kota yang akan mereka kunjungi yaitu, Jakarta, Ambon dan Denpasar.

Kegiatan pertama pada tanggal 13-17 Maret akan dilaksanakan di Ambon dengan jadwal antara lain pelatihan pada pemain muda, pertandingan persahabatan serta melakukan lokakarya pada pelatih lokal.

Pada kegiatan pertama tersebut van Bronckhorst belum bergabung, pemain timnas Belanda tersebut baru bergabung dengan rekan-rekannya saat kegiatan kedua di Jakarta pada tanggal 17-21 Maret berlangsung.

Pada kunjungannya di Jakarta, pemain-pemain keturunan tersebut akan melakukan pertandingan uji coba dengan salah satu klub profesional di Indonesia. Setelah itu, rangkaian agenda acara 'Indonesia Tanah Air Beta' akan diakhiri di Denpasar Bali pada tanggal 21-24 Maret.

Sumber: goal.com/Tegar Paramartha

Read more.....

Dirgahayu JaKantor...

Foto:orenbarat.wordpress.com
Hari Minggu, 5 Maret 2011, kemarin adalah hari bersejarah buat teman-teman di JaKantor Community. Mereka baru saja merayakan ultah ke satu yang diadakan di Pro Arena Futsal, Pondok Indah.

Foto:Faizal Karullah
Acara tersebut semakin lengkap dengan kehadiran bintang tamu spesial, Gugun Gondrong alias JM 01. Hadir juga JM-JM lainnya yang merupakan sebutan bagi para pendiri The JakMania. Revie Dut (JM 04) yang tercatat sebagai Sekretaris dalam kepengurusan The JakMania yang pertama juga turut hadir di sana bersama Bung Ferry (JM02) mantan Ketua 1 di periode pertama dan Ketum di periode berikutnya. Masih banyak pendiri-pendiri TheJakMania lainnya yang juga hadir sekaligus menandakan bahwa komunitas JaKantor yang walau baru berumur 1 tahun namun sudah mendapat pengakuan sebagai komunitas yang patut diacungi jempol.

Tentu masih banyak undangan lain yang
hadir di tengah hari bahagia komunitas pendukung Persija yang cikal bakalnya lahir melalui media buku tamu di Jak Online. Komunitas yang terdiri dari para pekerja kantoran ini punya ciri khas dengan flare yang sayangnya justru dilarang oleh aparat dalam pertandingan. Namun dalam acara kemarin, tentu tak ada yang melarang mereka untuk bergembira merayakan hari jadi dengan tumpeng dan.....Redflare...!!!

Foto:orenbarat.wordpress.com
Dirgahayu ke-1 JaKantor...terima kasih atas semua sumbangsihnya dalam mendukung tim kebanggan Ibukota, Persija. Dan terus berkarya kreatif, inovatif, atraktif dan sportif. Semoga panjang umur dan jaya selalu.....

Foto:orenbarat.wordpress.com
The Jaaaakkkkk....Maniaaaaaa!!!!!

Read more.....

In Indonesia, a Scandal Over Soccer

By AUBREY BELFORD
Published: March 3, 2011

JAKARTA — Chaotic street protests, bickering elites and swirling allegations of corruption — it all looks like another typically unsavory episode of politics in Indonesia.

But the latest protracted fight to absorb the attention of one of the world’s largest democracies is not about politics as usual. It is about soccer. And it is all the more serious for it.

Hundreds of Indonesians have taken to the streets across the country in recent weeks to demand the ouster of a prominent politician, Nurdin Halid, as chairman of the beleaguered Football Association of Indonesia, a position he has held since 2003 — part of it from behind bars for two separate corruption convictions.

In that time,
opponents contend, Mr. Halid has run Indonesian soccer into the ground while consolidating power for political allies and enriching himself.

He is now engaged in a bitter struggle with members of the government who want him out. The challengers for his job include the Indonesian Army’s chief of staff, Gen. George Toisutta, and an energy tycoon, Arifin Panigoro, who has already created a breakaway league not affiliated with the association. Both men had their candidacies rejected by the association in February, but that decision was overturned on appeal. A meeting that would elect a chairman, originally scheduled for this month, has been delayed amid the infighting.

Mr. Halid, for his part, asked a committee of the Indonesian House of Representatives for protection Tuesday, claiming his family had received death threats from senior government officials. “I leave my life in the hands of God, may he be glorified and exalted,” he said. Mr. Halid also drew the ire of Indonesians by announcing during the same hearing that he was running as a candidate to head the Association of Southeast Asian Nations Football Federation, as well as for a third term at the helm of the Indonesian association.

According to Tondo Widodo, a former association committee member, the root of this latest crisis is simple: Indonesians are sick of losing.

“You ask anyone on the street, they don’t have to be an intellectual, they can be a taxi driver,” Mr. Widodo said. “They’re all ashamed. They all dislike what Nurdin Halid and his group have done as they’ve reigned over the P.S.S.I.,” he said referring to the initials of the Indonesian name of the association.

Despite Indonesia’s population of about 238 million and its obsessive love of soccer, particularly European league matches, the national team has not won an international tournament since the 1991 Southeast Asian Games. Stadiums and training facilities are in disrepair, and local clubs prefer importing foreign players to fostering local talent, Mr. Widodo said.

Indonesia is ranked 129th in the world by the world soccer governing body, FIFA, having sunk as low as 153rd and reached as high as 76th. It currently stands between Puerto Rico and Dominica in the world rankings. The national team has not been in the FIFA World Cup since 1938, when the country was still a colony of the Netherlands. Although Indonesia is not the only Asian nation with a disappointing national team, the lack of international victories still rankles.

While the sport has floundered, Mr. Halid is accused of illegally amassing wealth for himself and close associates. Most recently, he has faced allegations that he pocketed 100 million rupiah, or about $11,000, in government funding for a team in East Kalimantan Province.

At the same time, he is accused of turning the association into an organ for spreading the influence of politicians from his party, Golkar, which is in a frosty and tenuous coalition with the party of President Susilo Bambang Yudhoyono. Mr. Halid is seen as being particularly close to the family of Aburizal Bakrie, the billionaire chairman of Golkar.

All this is particularly galling for Indonesians because soccer is one of the few truly uniting forces for Indonesians, who speak hundreds of languages, follow multiple religions and live spread across thousands of islands, Mr. Widodo noted.

“The P.S.S.I. was an organization, a tool of national struggle,” he said. “But now it has become a tool for Nurdin Halid’s political struggle for Golkar.”

More than a decade after the 1998 overthrow of the dictator Suharto brought democracy to their country, Indonesians are also increasingly disillusioned with a system marked by corruption, vote buying, patronage politics and a bureaucracy that is not accountable, said Dodi Ambardi, the director of the Indonesian Survey Institute, a research organization. The dire state of the nation’s most popular sport is just another part of that malaise, he said.

Mr. Halid is not alone in being accused of bringing politics into soccer. Allies of the president and his party, the Democrats, harbor hopes that ousting Mr. Halid would weaken the Golkar Party, Mr. Ambardi said.

Mr. Yudhoyono’s sports minister, Andi Mallarangeng, has denied that he is playing politics with the sport and said that Mr. Halid, as a convicted criminal, was unfit to lead the association. He has threatened to intervene in the association despite the risk that this could provoke sanctions from FIFA against Indonesian soccer.

“Football should not be politicized because football is public good,” Mr. Mallarangeng said. “It belongs to everybody, just like the air.”

FIFA is widely seen by Indonesians as unreceptive to criticism of Mr. Halid and has largely stayed aloof from the crisis. However, the body's executive committee on Thursday ordered Indonesia to reform its electoral rules and hold fresh elections by the end of April. It also threatened the association with possible suspension if it is unable to gain control of the breakaway Indonesian Premier League of Mr. Panigoro, one of Mr. Halid's challengers.

Indonesia’s member of FIFA’s ethics committee, Suryadharma Tahir, said in an interview that his main concern was the possibility of government interference in the internal business of the independent national association. FIFA consistently rejects government interference in national soccer associations, threatening sanctions against countries that engage in it.

As the controversy continues, the anger on the street is palpable, with rallies popping up in cities across Indonesia. At one recent protest outside the association’s headquarters at Bung Karno Stadium in Jakarta, anti-Halid protesters wearing headbands proclaiming a “P.S.S.I. Revolution” clashed with pro-Halid supporters of the Jakarta team Persija. As the two sides hurled rocks and swung bamboo staves on one street, the police on dirt bikes hurtled between them, scattering the protesters with cavalry-style charges.

After riot police officers formed a barrier between the antagonists, one protester, Fajar Dikra Pratama, said he was with neither side. He was simply embarrassed and frustrated with the state of Indonesian soccer.

“Everyone, be it Andi Mallarangeng, Arifin, Nurdin Halid, they’re putting the interests of their factions ahead of soccer,” he said. “If we want to develop soccer, we have to stand shoulder to shoulder, not be split apart.”
Source: http://www.nytimes.com

Read more.....

Persib-Persija bakal Tanpa Penonton

Penggemar fanatik Persib dan Persija tampaknya kembali harus rela menonton kesebelasan favoritnya berlaga hanya melalui layar kaca. Partai sarat gengsi dan salah satu partai klasik di Liga Indonesia ini tampaknya kembali akan sulit mendapatkan izin pertandingan kecuali jika digelar tanpa penonton.

Pertandingan yang menurut sekretaris panitia penyelenggara Persib Budhi Bram, kemungkinan besar akan digelar di
Stadion Si Jalak Harupat, Soreang Kab Bandung itu tampaknya tidak bisa dihadiri oleh penonton. Kendala utama bagi panpel adalah izin dari pihak kepolisian mengingat partai tersebut akan mempertemukan dua kesebelasan yang sama-sama memiliki supporter fanatik namun tidak pernah akur.

Panpel sendiri masih menunggu kepastian izin dari kepolisian terkait laga “Big Match” ini. Budhi Bram juga berharap PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia bisa membantu tim terkait izin. "PSSI dengan kekuatannya harus turun tangan soal izin pertandingan klub-klub, bukan malah sebaliknya mempertanyakan hal tersebut kepada kami, inikan terbalik." tandasnya.

Budhi Bram juga menyatakan tipisnya kemungkinan izin akan dikeluarkan untuk pertandingan dengan penonton. Walaupun sebenarnya digelar di stadion yang cukup representatif dan bisa menampung bobotoh dalam jumlah besar.

Jika memang partai Persib-Persija kembali akan digelar tanpa penonton, ini bukanlah yang pertama kalinya bagi Persib. Kerusuhan baik di dalam maupun di luar stadion yang sudah seringkali terjadi saat Persib berlaga membuat pihak kepolisian amat berat mengeluarkan izin. Apalagi jika lawan yang dihadapi Persib adalah “musuh” bebuyutan seperti Persija.

Sulitnya mendapatkan izin pertandingan juga bukan hanya dialami panpel Persib. Klub-klub yang supporternya suka bikin keributan seperti Persija dan Persebaya juga bernasib sama. Bahkan beberapa kali mereka terpaksa menjalani partai usiran alias harus bertanding di kota lain.

Namun walaupun sudah ada sanksi dari PSSI dan juga kepolisian, tampaknya semua itu belum cukup juga membuat supporter yang suka rusuh menjadi kapok.

Read more.....

ANTV Tambah Dua Kamera Di Putaran Kedua


Stasiun televisi swasta antv akan menambah jumlah kamera di setiap tayangan langsung pertandingan putaran kedua Superliga Indonesia 2010/11. Penambahan kamera ini juga untuk memanjakan penonton Superliga

Produser olahraga antv Yusuf Ibrahim mengatakan, dua kamera tambahan itu akan ditempatkan untuk
mengetahui posisi off-side pemain yang selama ini kerap menjadi kontroversi di pertandingan Superliga.

“Mulai putaran kedua nanti, kami akan menambah dua kamera untuk off-side. Permasalahan utama dari ketidakpuasan tim-tim di Liga Super adalah banyaknya off-side yang tidak terlihat oleh wasit,” ujar Yusuf.

“Kami sebagai satu-satunya official broadcast Superliga berusaha menjawab rasa penasaran itu dengan tambahan dua kamera. Ini memang tidak mengubah hasil akhir pertandingan, tapi sebatas untuk pendidikan kepada masyarakat dan tim itu sendiri untuk menilai sebuah pertandingan.”

Mengenai adanya tayangan langsung Liga Primer Indonesia [LPI] di dua stasiun televisi lainnya, Yusuf mengatakan pihaknya tidak terlalu khawatir. Untuk saat ini, Yusuf menilai tayangan langsung LPI belum merupakan gangguan.

Sumber: goal.com

Read more.....

Press release THE JAKMANIA

Gelombang Revolusi yang menginginkan perubahan total di dalam tubuh PSSI, terus bergulir membola salju.

Tak urung aksi - aksipun dilakukan oleh para supporter sepakbola Indonesia untuk menyampaikan berbagai tuntutannya, tak terkecuali para pejabat di gedung DPR dan Menegporapun angkat bicara, serta yang tak kalah pentingnya bahwa persoalan PSSI sudah menjadi wacana publik yang senantiasa didiskusikan diruang - ruang publik masyarakat dengan berbagai harapannya terhadap gerakan perubahan PSSI ini.

Bagaimana dengan Jakarta ? Kemana Pengurus Klub Persija dan Pengprov PSSI Jakarta ? Suaranya nyaris tidak terdengar dan tindakannya hampir luput dari penglihatan, apa sesungguhnya yang mereka pikirkan dan rencanakan dalam menyikapi perkembangan terkini gerakan Revolusi PSSI !

84 pemilik sah suara dalam kongres PSSI yang terdiri dari
pengurus Klub, Pengprov dan Pengda PSSI dari berbagai belahan bumi Nusantara ini, sudah merumuskan langkah - langkah perubahan PSSI dengan mengajukan tuntutan diselenggarakannya Kongres Luar Biasa PSSI dan lagi - lagi Pengurus Klub Persija dan Pengprov PSSI DKI Jakarta tidak ada dalam barisan Revolusi ini, menyusul kisruh yang terjadi pada proses pencalonan dan seleksi calon ketua umum PSSI di Komite Pemilihan dan keputusan Komite Banding yang menganulir semua proses yang telah terlaksana.

Sekarang bola ini bergulir di FIFA dan diolah oleh FIFA ;

" Komite Eksekutif FIFA dengan tegas mementahkan hasil Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan yang dibuat PSSI.

Komite Eksekutif FIFA juga meminta PSSI ulangi dari titik NOL proses pemilihan sesuai Statuta FIFA dan membentuk Komisi Pemilihan yang baru paling lambat 26 Maret 2011.

Komisi Eksekutif FIFA meminta PSSI mengatasi "breakaway league" dilakukan setelah kongres sebelum 30 April 2011

Mengingat sidang Komite Eksekutif FIFA berikutnya akan berlangsung pada Juni 2011".

Tentu apa yang diputuskan FIFA sedikit banyak sudah memenuhi harapan masyarakat Indonesia yang ingin segera melihat perubahan total dalam tubuh PSSI, termasuk kami The Jakmania, sebagai supporter (pendukung fanatik) Persija, yang saat ini tengah berBelasungkawa atas " MATI nya HATI NURANI dan AKAL SEHAT " Pengurus Klub Persija Jakarta dan Pengprov PSSI DKI Jakarta ! Mereka sama sekali tidak memperlihatkan sikap empati dan simpatik kepada gerakan Revolusi PSSI ini dan Sepakbola Jakarta ikut didalamnya ! mereka asik dengan urusan mereka sendiri ! Pantas saja Persija Jakarta minim Prestasi ! Untuk menyediakan Lapangan sebagai pusat latihan saja tidak mampu ! Bahkan yang ada ( Stadion Lebakbulus ) tinggal menghitung hari, stadion itu akan tergantikan oleh pembangunan MRT (Mass Rapid Transportation) sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi kemacetan, katanya ? Alih - alih mengatasi kemacetan, yang ada adalah mengorbankan infrastruktur yang dapat mengembangkan nilai sosial masyarakat Jakarta dan lebih mementingkan pembangunan yang berorientasi pertumbuhan ekonomi yang akan menguntungkan kelas menengah ! Lantas The Jakmania dimana ? Dan apa yang sudah kau perjuangkan wahai Pengprov PSSI dan Pengurus Klub Persija ?

Maka dengan ini kami The Jakmania menyampaikan penyataan sebagai berikut :

1. The Jakmania akan selalu berada digaris terdepan dalam mengawal Gerakan Revolusi PSSI

2. The Jakmania menyatakan kecewa dengan sikap Pengprov PSSI DKI Jakarta dan Pengurus Klub Persija yang mendukung statusQuo PSSI

3. The Jakmania menyatakan Menuntut kepada Pengprov PSSI DKI Jakarta dan Pengurus Persija untuk segera bergabung dalam gerakan Revolusi PSSI sekarang juga !

4. The Jakmania menyatakan kepada pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kami menolak pembangunan (MRT)yang tanpa SOLUSI mendasar

5. The Jakmania menyatakan, bahwa kami juga adalah masyarakat Jakarta yang membayar pajak dan kami juga adalah pelaku pembangunan(bukan sekedar objek) dan kami juga adalah modal Sosial Jakarta, untuk itu keberadaan dan keberlangsungan kegiatan organisasi kami adalah hal utama dan penting untuk diperhatikan dengan saksama oleh Pemerintah daerah dan Pusat

6. The Jakmania menyatakan meminta kepada Pengprov PSSI DKI Jakarta dan Klun Persija untuk menyampaikan keberatannya atas rencana pembangunan MRT tersebut jika tanpa SOLUSI yang jelas dan tepat Janji dan The Jakmania ada didalamnya

7. The Jakmania menyatakan, apabila point 3 dan 6 tidak ditindaklanjuti, maka kami menyerukan kepada Pengprov dan Pengurus Klub Persija untuk MUNDUR dari jabatannya dan kita akan menduduki kantor mereka

Jakarta' 04 Februari 2011

Larico - Richard
Ketua Umum - Sekum

Read more.....

Mohammad Djamiat Dalhar

Djamiat Dalhar, Legenda Sepakbola Nasional dari Persija
Mohammad Djamiat Dalhar adalah salah satu pemain legendaris Persija sekaligus juga tim nasional. Pemain yang lebih sering disebut Djamiat Dalhar ini lahir di Yogyakarta 25 November 1927, dan meninggal 23 Maret 1979. 

Djamiat Dalhar berasal dari keluarga guru sekolah Muhammadiyah. Ayahnya, Dalhar, adalah pemain sepakbola yang andal di kota kelahirannya, di samping tokoh Muhammadiyah.

Djamiat Dalhar mulai main sepakbola sejak kanak-kanak, di alun-alun sekitar masjid Agung Yogyakarta. Selanjutnya ia  bergabung dengan klub
HW (Hisbul Wathan) Yogya, dimana ayahnya juga bermain. Saat itu Djamiat masih bermain tanpa memakai sepatu. Posisinya sebagai kiri dalam sama seperti ketika saat Djamiat memperkuat tim PSSI.

Sosok pesepakbola yang mempengaruhi permainan Djamiat adalah Soedarmadji, salah satu pemain pribumi yang memperkuat Hindia Belanda dalam Piala Dunia 1938. Setelah menonton Soedarmadji bermain. Djamiat kemudian coba menirukannya, Selanjutnya Djamiat berusaha mengembangkan kemampuan dirinya sendiri. 

Kesungguhan itu pula yang membuat drg. Endang Witarsa, lawan mainnya saat pertandingan di Semarang, terkesan saat berjumpa kembali dengan Djamiat di Jakarta.

Setelah didera cedera lutut, Djamiat memutuskan hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Apoteker Salemba, Jakarta. drg. Endang Witarsa yang sudah praktek dokter gigi di RS Cipto Mangunkusumo kemudian menawarkannya berobat dengan seorang dokter ahli sekaligus mencarikan donatur untuk mengobati cidera lutut yang sepertinya akan mengakhiri karir sepakbola Djamiat. Operasi itu berhasil dan ia dapat meneruskan karir sepakbolanya dengan bergabung pada klub UMS yang dilatih Witarsa.

Karier sepak bolanya meningkat ketika pelatih PSSI asal Yogoslavia, Tony Pogacnik, kembali memanggilnya untuk memperkuat tim nasional. Djamiat mesti berjuang keras untuk menjadi pemain nasional. Ia sempat diragukan karena tubuhnya mulai gemuk, dan juga perlu perjuangan ekstra keras untuk menggantikan pemain-pemain yang sudah mapan.

Kini, namanya diabadikan sebagai Piala Kerjurnas Sepakbola Di Bawah Umur 17, yang didedikasikan atas peranannya dalam mencari bibit-bibit unggul sepakbola nasional.
Sumber: jakarta.go.id

Read more.....

Oliver Makor

Nama Lengkap: Oliver Makor, Alias “Machine Man”

Tanggal Lahir: 9 October 1973

Kewarganegaraan: Liberia

Posisi: Midfield-cum-striker (Utility)

Klub Sekarang: Persija Jakarta (No Punggung 22)

Klub sebelumnya:
Ionikos-FC (Yunani), Monrovia Black Stars (Liberia), Julius Berger (Nigeria), Canon Yaounde (Kamerun), Grenobble, FC Tours (Prancis)

Prestasi bersama Klub: Perempat final African Club Championship, Julius Berger

Prestasi pribadi: Top Skor LFA (16 goal), Monrovia Black Star

Debut Internasional: Liberia vs. Guinea, 1989



Sumber: liberiansoccer.com

Read more.....

RESMI: Alan Martha Gabung Persija

Alan Martha (google.com)
Alan Martha akan melengkapi barisan depan Persija.

Lini depan Persija Jakarta dipastikan akan lebih tajam lagi pada putaran kedua Superliga Indonesia seiring dengan masuknya mantan pemain SAD Indonesia, Alan Martha. Persija kini memiliki nama-nama striker yang patut diwaspadai lawan-lawannya yaitu Bambang Pamungkas, Aliyudin, Greg Nwokolo, Agu Casmir serta Alan Martha.

Setelah sempat magang di tim berjuluk Macan Kemayoran tersebut selama beberapa bulan, akhirnya Rahmad Darmawan merekomendasikan Alan Martha untuk dikontrak oleh manajemen.

Rahmad terkesan dengan penampilan Alan yang cepat dan taktis, layaknya pemain Eropa saat ini. Perekrutan Alan juga tidak lepas dari pemanggilan Ramdani Lestaluhu ke timnas U-23 sehingga Rahmad ingin mencari pemain pelapis yang setara dengan Ramdani.

Skuad Persija semakin komplet dengan kedatangan Alan, apalagi sebelumnya Persija telah resmi mengontrak kiper yang kenyang pengalaman di Liga Champions Asia yaitu Jendri Pitoy.

Sumber: goal.com/Tegar Paramartha

Read more.....

Persija Jakarta Hibur Masyarakat Lampung

Persija Jakarta menangkan laga eksibisi menghadapi tim lokal Lampung.

Persija Jakarta yang akan menjalani partai perdana mereka pada tanggal 13 Maret mendatang menjamu Persiba Balikpapan, memukau pecinta bola Lampung saat tim ibukota tersebut menjajal tim lokal Lampung, Persilamtim.

Pada laga eksibisi yang diadakan untuk memperingati hari jadi Kota Lampung Timur tersebut Persija berhasil mencukur Persilamtim dengan skor telak 6-0 dimana mantan pemain SAD Indonesia, Alan Martha, turut menyumbangkan satu gol.

Laga antara Persija dan Persilamtim hanya dimainkan selama 80 menit, karena penonton pertandingan eksibisi tersebut sangat membludak sehingga dikhawatirkan akan terjadi kejadian yang tidak diinginkan apabila pertandingan berjalan selama 90 menit.

Rahmad Darmawan menyatakan bahwa laga tersebut adalah laga yang penting meskipun hanya eksibisi, karena skuadnya baru akan bertandinga tanggal 13 Maret mendatang sehingga dengan adanya laga tersebut kondisi skuad Persija diharapkan tetap terjaga.

Sumber: goal.com/Tegar Paramartha

Read more.....

Dokumentasi JM / Pendiri the Jak Mania..ULTAH the Jak Mania ke 13..18=19 Desember 2010

Film Dokumenter karya Faizal Kamarullah (JM07) alias Faizal Gimbal.


Read more.....

Jason De Jong Debut Lawan Persija

Jason De Jong (flickrdotcom)
De Jong langsung terbang ke Mongolia untuk membela Filipina dua hari setelah memperkuat Persiba.

Gelandang anyar Persiba Balikpapan Jason De Jong tetap akan menjalani debutnya bersama tim Beruang Madu saat berhadapan dengan Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno dalam pertandingan perdana putaran kedua mereka di Superliga Indonesia 2010/11 pada 13 Maret nanti.

Saat ini, agen De Jong, Jules Onana, sedang berusaha menyelesaikan urusan international transfer certicicate [ITC] untuk mendapatkan izin kerja agar De Jong bisa diturunkan pada pertandingan nanti.

Manajemen Persiba berharap De Jong dapat dimainkan setelah pengurusan ITC-nya selesai. Manajemen tetap merasa yakin De Jong bisa diturunkan, kendati dua hari kemudian harus memperkuat Filipina melawan Mongolia di Ulan Bator untuk menjalani leg kedua AFC Challenge Cup.

Tenaga De Jong dibutuhkan untuk menambah kekuatan Filipina, mengingat mereka bakal tidak diperkuat empat pemain pilar. Kemenangan 2-0 yang diraih di leg pertama dianggap belum aman oleh pelatih Filipina Michael Weiss.

“Untuk pertama kalinya saya bermain bersama tim. Saya merasa senang, karena bisa bermain di banyak pertandingan. Tapi saya akan selalu siap jika Azkals membutuhkan saya. Setiap Azkals bermain, saya pasti akan datang,” kata De Jong dilansir ABS-CBNnews.

Sumber: goal.com/DonnyAfroni
Foto: flickr.com

Read more.....
 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Powered by    Login to Blogger