Tanpa Suporter, Persija Coba Torehkan Sejarah

Rabu, 22 Desember 2004

Di era kompetisi perserikatan, meski menjadi salah satu yang terbesar, Persija Jakarta selalu kalah jika dibandingkan dengan seteru- seterunya, seperti Persib Bandung, PSMS Medan, Persebaya Surabaya, atau PSM Makassar. Fanatisme suporter tidak pernah dimiliki Persija di era perserikatan.

Seperti ucapan Manajer Persija I Gusti Kompyang Manila, di era perserikatan meski Persija bertanding di Jakarta, penontonnya akan selalu memihak tim lawan. "Kalau Persija bertanding melawan Persib di Jakarta, hampir semua penontonnya membela Persib. Demikian halnya kalau Persija main melawan PSMS atau Persebaya," ujar Manila.

Tidak seperti perserikatan lain yang sangat kental dengan identitas kedaerahan, Jakarta yang menjadi home base Persija terlalu cair untuk mengkristalkan dukungan masyarakat terhadap tim sepak bolanya.

Jakarta hanya menjadi tempat bertemunya banyak pendukung perserikatan. Ada kelompok etnis Sunda yang pasti mendukung
Persib jika bertanding di Senayan, ada komunitas arek Suroboyo yang setia mendukung setiap kali Persebaya tampil.

Namun, era Liga Indonesia yang menggabungkan model kompetisi perserikatan dan galatama membuat semua tim berlomba mengubah diri menjadi kesebelasan modern, lengkap dengan kelompok suporternya. Persija pun kemudian membuat langkah serupa. Suporter telah menjadi kebutuhan satu tim sepak bola modern. Dalam wadah The Jakmania, kelompok penggemar ini menjadi pemain ke-12 bagi Persija.

"Semakin lengkap rasanya jika kami bisa mempersembahkan gelar juara bagi pendukung fanatik kami. Kami sudah bisa membuat mereka bangga karena dulu kami tidak memiliki suporter yang sefanatik sekarang," ujar Manila.

Kebesaran yang sudah sejajar ini tinggal diparipurnakan. Caranya tentu dengan memungkasi kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia, yang sudah dua musim ini menggunakan format satu wilayah, dengan gelar juara. Persija memang paling berpeluang merebut gelar juara musim ini dibandingkan dengan dua tim yang juga punya peluang, yakni Persebaya dan PSM.

Menariknya, dua dari tiga tim tersebut akan saling berhadapan, yakni Persija dengan Persebaya.

Persija hanya tinggal membutuhkan satu angka untuk meraih juara. Hasil seri melawan Persebaya bisa memastikan langkah mereka merebut gelar juara. Berbeda dengan Persebaya atau PSM yang harus memenangi pertandingan terakhirnya untuk bisa keluar sebagai juara.

Meski tinggal membutuhkan hasil seri, akan lebih aman bagi Persija untuk memenangi pertandingan. Karena, jika seri, penentuan juara tetap akan bergantung dari hasil pertandingan PSM melawan PSMS. Jika Persija melawan Persebaya berakhir seri, sementara PSM menang lebih dari enam gol atas PSMS, maka juara musim ini akan diboyong PSM.

"Kami akan menjadi juara sejati jika memastikannya di Surabaya. Rasanya jelas berbeda kalau kami meraih gelar juara dengan mengalahkan Persebaya di kandangnya. Kami bisa benar-benar merasakan nikmatnya menjadi juara," ujar pemain tengah Persija, Elie Aiboy.

SAYANGNYA, saat Persija sebenarnya sudah menyejajarkan diri menjadi tim yang memiliki pendukung fanatik, mereka malah kehilangan dukungan itu dalam partai paling menentukan. Pemain ke-12 itu akan absen karena dilarang hadir menyaksikan langsung kesebelasan kesayangan mereka berjuang di Stadion Tambaksari. Pihak panitia pelaksana (panpel) pertandingan, dengan alasan keamanan, melarang kehadiran The Jakmania.

Larangan seperti ini jelas sangat tidak sportif. Bahkan, Manila sempat menyebutnya sebagai bentuk pelarangan hak asasi manusia. "Menonton sepak bola itu kan hak setiap orang," katanya.

Di luar itu, Persija tentu tidak ingin mengulang kegagalan di era kompetisi Divisi Utama Perserikatan tahun 1990. Kala itu Persija yang diperkuat Rahmad Dharmawan dan kawan-kawan melenggang ke semifinal. Meski bermain di Jakarta, perjalanan Persija ke final terpaksa kandas setelah kalah 5-7 dari Persebaya lewat drama adu penalti.

Kemenangan atas Persebaya akan menjadi catatan tersendiri bagi Persija. Dalam empat pertemuan sebelumnya yang terjadi di Surabaya, Persija belum pernah sekali pun memetik kemenangan. Hasil cukup bagus yang pernah mereka raih di Surabaya adalah menahan seri Persebaya 0-0 di Turnamen Segi Empat, 29 tahun silam.

Namun, Pelatih Persija Sergei Dubrovin tampaknya tidak terlalu peduli dengan banyak rekor dan sejarah yang bakal ditorehkan dari hasil pertandingan melawan Persebaya. Pelatih berkewarganegaraan Rusia ini menjadi pelatih pertama yang mengantarkan dua tim berbeda menjuarai Liga Indonesia jika Persija mengalahkan Persebaya. Sebelumnya dia sukses mengantar Petrokimia Putra Gresik menjuarai Liga Indonesia. (KHAERUDIN)

Read more.....

Boikot, Pernyataan Politik Suporter Sepakbola

Sudah dua pertandingan tim nasional sepakbola Indonesia di Sea Games 2011 berlalu dengan pemandangan kursi-kursi kosong melompong di tribun penonton. Entah berapa banyak penonton yang datang saat partai kontra Kamboja dan Singapura, tapi mata telanjang pun bisa melihat bahwa Gelora Bung Karno tak sampai terisi setengah dari kapasitas maksimalnya.
Jakmania, suporter Persija Jakarta yang biasanya setia menghadiri pertandingan tim nasional hanya diwakili oleh segelintir orang yang jelas kalah jauh dibanding kekuatan mereka sesungguhnya. Jakmania sore itu hanya diwakili oleh bentangan spanduk “Save Persija” yang terpampang di belakang gawang utara.
Save Persija, ya, itulah alasan di balik keengganan Jakmania untuk hadir mendukung tim nasional Indonesia di GBK. Aksi boikot ini dilakukan menyusul dualisme manajemen Persija dan keputusan PSSI untuk mengesahkan PT Persija Jakarta dibanding PT Persija Jaya Jakarta yang menurut mereka lebih layak.
Ketua Panitia Penyelenggara Sea Games 2011 (Inasoc), Rahmat Gobel telah bertemu dengan pihak Jakmania dan meminta mereka untuk menghentikan boikot karena minimnya dukungan penonton sedikit banyak berpengaruh kepada performa tim. Nyatanya pada pertandingan melawan Singapura kemarin (11/11), Jakmania masih melakukan boikot.
Banyak hal yang bisa diperdebatkan seputar aksi boikot Jakmania ini seperti apakah layak kekesalan kepada PSSI dilampiaskan kepada tim nasional atau apakah fanatisme kepada klub berada di atas fanatisme terhadap tim nasional, tapi hal yang menarik untuk diamati adalah bagaimana Jakmania, sebagai elemen suporter sepakbola, melakukan pernyataan sikap politik terhadap PSSI melalui boikot. Sebagai metode demonstrasi politik dalam sepakbola, boikot bukanlah barang baru yang dilakukan suporter tetapi salah satu yang paling efektif. Dengan melakukan aksi boikot, maka sepakbola kehilangan unsur penting yang seharusnya tak boleh hilang dalam pertandingan, yaitu penonton. Sebagai sebuah bentuk protes, maka boikot akan memukul telak pihak-pihak yang menghelat pertandingan, seperti klub ataupun federasi sepakbola.
Musim lalu ribuan suporter Borussia Dortmund melakukan aksi boikot dengan tidak menghadiri partai derbi melawan Schalke 04 akibat tingginya harga tiket. Begitu juga yang dilakukan oleh suporter klub Divisi 3 Inggris Huddersfield Town akibat mahalnya tiket saat akan menghadapi Sheffield United. S Suporter Manchester United menempuh cara lain untuk memprotes kepemilikan keluarga Glazer yang mereka rasa menggerogoti keuangan klub. Selain memakai warna hijau-kuning (warna klub Newton Heath, cikal bakal Manchester United), mereka juga memboikot suvenir asli yang dijual di toko resmi klub dan diharapkan aksi tersebut dapat berpengaruh pada keuangan klub.
Berbagai aksi di atas hanya contoh bagaimana suporter, sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah tim sepakbola, berusaha membuat dirinya didengar. Bila Trias Politica sepakbola dipetakan menjadi FA (federasi)-Klub-Pemain, maka suporter sebagai entitas yang berada di luar piramida kekuasaan sesungguhnya adalah pihak yang rentan terhadap kesewenangan. Maka boikot sebagai sebuah bentuk protes adalah alat yang efektif untuk menyeimbangkan kekuasaan.
Esensi dari aksi boikot sebenarnya sederhana. Apa yang akan federasi atau klub lakukan jika penonton sebagai target pasar tidak senang dengan apa yang disuguhkan? Apakah mereka akan mengganti penonton tersebut dengan penonton lainnya? Bagaimana jika mereka tak tergantikan? Seberapa kuat federasi/klub akan terpukul jika suporter ngambek?
Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang membuat saya angkat topi pada suporter klub mana pun yang melakukan aksi untuk memaksa aspirasi mereka didengar oleh pihak yang lebih berkuasa. Maka Anda bisa memperdebatkan apakah Jakmania layak untuk memboikot tim nasional sebagai protes terhadap PSSI, tapi keberanian mereka untuk melakukan itu sesungguhnya adalah upaya amplifikasi aspirasi mereka yang tak didengar.

Sumber: beritasatu.com / Pangeran Siahaan

Read more.....

Ketua Umum Persija Jakarta Tolak Mediasi

Ferry menyatakan dirinya tidak pernah merasa bersengketa dengan pihak lain.

Ketua umum Persija Jakarta Ferry Paulus menolak melakukan mediasi kembali dengan kubu Bambang Sutjipto dan Hadi Basalamah untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan klub Macan Kemayoran tersebut.

Menurut Ferry, pihaknya merasa tidak pernah ada masalah dalam mengelola Persija. Karena itu, dia mengaku heran jika Persija dianggap bermasalah mengenai pengelolaan klub.


Sebelumnya, mediasi pernah dilakukan di sekretariat PSSI. Namun dalam mediasi lanjutan, Ferry beserta jajaran PT Persija Jaya Jakarta hadir. Sedangkan kubu Bambang dan Hadi yang mewakilu PT Persija Jaya tidak muncul.

“Saya sih tidak pernah merasa ada sengketa. Yang memunculkan sengketa itu, justru pihak lain. Mengapa harus saya yang menggugat PT lain itu. Karena itu, kami tidak mau melakukan mediasi kembali,” tegas Ferry.

“Persija sudah punya tim, sudah menyewa stadion, dan gaji pemain yang tertunggak selama tiga bulan sudah kami bayar. Jadi, sebenarnya Persija sudah tidak bermasalah.”

Read more.....

Anggota Exco: PSSI Harus Bantu Klub Supaya Lolos Verifikasi

Anggota Exco PSSI La Nyalla Mattalitti menegaskan PSSI harus ikut mencari solusi untuk klub yang belum mampu memenuhi beberapa persyaratan verifikasi.

Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI La Nyalla Mahmud Mattalitti berharap jajaran pengurus PSSI ikut membantu 18 klub Superliga Indonesia memenuhi syarat-syarat verifikasi.

La Nyalla mengatakan PSSI seharusnya ikut mencari jalan keluar atau solusi dari kurangnya beberapa persyaratan verifikasi klub, bukan malah menakut-nakuti sehingga klub-klub merasa terbebani.

"Klub-klub jangan terlalu diberi beban sehingga malah tidak lolos verifikasi. PSSI jangan mengecilkan keberadaan klub, apalagi klub yang sudah susah payah lolos Superliga musim lalu," katanya.


Read more.....

Persija Jakarta Seleksi 11 Pemain Asing

Persija Jakarta kedatangan 11 pemain asing yang ingin memperkuat Macan Kemayoran musim depan.

Asisten pelatih Persija Jakarta Sudirman mengungkapkan sebanyak 11 pemain asing mengikuti seleksi di klub berjuluk Macan Kemayoran tersebut untuk kompetisi Liga Indonesia musim 2011/12.

"Ada 11 pemain asing ikut seleksi, jadi kita memberi mereka porsi untuk ikut game. Karena jumlah mereka banyak, kita bagi dalam dua tim," kata Sudirman.>

Kebanyakan pemain asing yang mengikuti seleksi adalah pemain-pemain wajah baru yang belum pernah memperkuat klub Indonesia. Seleksi tersebut dilaksanakan dalam latihan skuad Persija yang digelar di stadion Lebakbulus Jakarta.

Dalam latihan tersebut belum tampak pemain-pemain senior seperti Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan.


Read more.....

Bambang Pamungkas: Ada Yang Salah Di Pembinaan Sepakbola Indonesia

Kapten timnas Indonesia itu mengklaim pembenahan besar-besaran harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan sepakbola Indonesia.

Bambang Pamungkas
Bambang Pamungkas menyoroti proses regenerasi sepakbola di Indonesia. Menurut penyerang Persija Jakarta itu, ada kesalahan besar dalam hal pembinaan.

"Kenapa di tingkat U-15 seperti Piala Pelajar kemarin Indonesia bisa juara, tapi di level senior kita tidak bisa berbuat banyak?" tanya BP, sapaan akrab Bambang.

"Artinya ada kesalahan dalam menjaga generasi kita, ada yang salah dalam proses pembinaan kita," lanjutnya.

Hal itu diungkapkan BP dalam launching Junior Football League (JFL), yaitu kompetisi yang diprakarsai oleh Munial Sport Group (MSG). Kompetisi ini dibentuk untuk mengembalikan sepakbola ke dalam wadah pendidikan. MSG juga mencari bakat-bakat muda yang muncul di dalam kompetisi yang nantinya diharapkan bisa menambah bintang-bintang baru dalam jajaran pemain profesional dan memperkuat tim nasional Indonesia.


Read more.....

Hanya Enam Klub Lolos Verifikasi AFC

Persibo Bojonegoro, Persik Kediri, PSIS Semarang, Persikota Tangerang, Persis Solo dan Persebaya Surabaya dinilai layak mengikuti kompetisi profesional.

PSSI akhirnya mengumumkan klub-klub mana saja yang layak untuk bermain di kompetisi profesional musim depan. yang mengejutkan, hanya ada enam klub yang lolos verifikasi AFC dan dinyatakan berhak tampil di liga profesional.

Dan yang tidak kalah mengejutkan, ke-enam klub yang lolos verifikasi tersebut tidak ada yang menjadi peserta Superliga Indonesia musim 2010/11 kemarin. Ke-enam klub tersebut adalah Persibo Bojonegoro dengan 95,6 poin, Persik Kediri 95,6 poin, PSIS Semarang 92,3 poin, Persikota Tangerang 96 poin, Persis Solo 96,7 poin, dan Persebaya Surabaya 95,7 poin.



Read more.....

Persija Jakarta Pastikan Kontrak Dejan Gluscevic

Persija Jakarta akan mengontrak Dejan Gluscevic sebagai pelatih kepala selama dua tahun.

Dejan Glusevic (goal.com)
Persija Jakarta memastikan akan mengontrak Dejan Gluscevic sebagai pelatih kepala untuk kompetisi musim depan menggantikan Rahmad Darmawan yang kini menjabat sebagai pelatih timnas U-23.

Oleh karena itu, ketua umum Persija Ferry Paulus mengungkapkan pihaknya kini menunggu kedatangan Dejan ke Indonesia untuk melakukan penandatanganan kontrak.


"Sudah positif (deal) kami akan mengontrak Dejan. Kami masih menunggu kedatangannya dan tinggal melakukan penandatanganan kontrak," katanya.

Ferry menyatakan bahwa pihaknya menaruh kepercayaan yang besar pada Dejan yang sudah malang melintang di Asia Tenggara maupun Eropa baik sebagai pemain atau pelatih.

Read more.....

Persik Akan Seleksi Hendro Kartiko

Jaya Hartono mengatakan ada beberapa orang pemain lokal yang mengikuti seleksi pada hari ini.

Hendro Kartiko (goal.com)
Persik Kediri bakal menyeleksi penjaga gawang yang sudah 57 kali memperkuat tim nasional Indonesia sejak tahun 1996, Hendro Kartiko. Kiper eks Persija Jakarta tersebut memastikan diri untuk merapat ke barisan tim berjuluk Macan Putih.

Rencana kedatangan dari pemain kelahiran Banyuwangi, 24 April 1973 itu diungkapkan pelatih Persik Jaya Hartono. Kiper yang akrab dengan sebutan "Fabien Barthez Indonesia" karena kepalanya yang selalu plontos tersebut bakal datang ke Kota Kediri, Selasa (13/9).


"Beberapa orang pemain sedang kita lakukan negosiasi. Termasuk kiper berpengalaman (Hendro Kartiko). Dia datang di sini (Stadion Brawijaya Kota Kediri) dan langsung mengikuti seleksi," kata Jaya Hartono kepada GOAL.com Indonesia.

Read more.....

RESMI: PSSI Kontrak Rahmad Darmawan Dua Tahun

RD juga mendapat tugas untuk menyiapkan timnas U-23 yang berlaga di SEA Games 2013.

Rahmad Darmawan (Arief Setiadi/goal.com)
PSSI secara resmi telah mengontrak Rahmad Darmawan sebagai pelatih timnas U-23 yang akan berlaga di ajang SEA Games 2011. Mantan pelatih Persija Jakarta ini dikontrak selama dua tahun.

Ketua umum PSSI Djohar Arifin Husein usai penandatanganan kontrak di sekretariat PSSI di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta hari ini mengungkapkan, selain menangani tim di SEA Games 2011, Rahmad juga bertugas menyiapkan tim untuk SEA Games 2013.


“Kontrak Rahmad Darmawan telah resmi ditandatangani. Kami mengontrak dia selama dua tahun. Dia kini tinggal menjalankan tugasnya melatih timnas U-23 untuk SEA Games 2011,” ujar Djohar.

Read more.....

Soal Persija Jakarta, PSSI Menyerahkan Kepada AFC

Keputusan siapa yang berhak mengelola Persija akan ditentukan dari keputusan AFC. 

Persija (goal.com)
Ketua komite kompetisi PSSI Sihar Sitorus menyerahkan permasalahan Persija Jakarta kepada konfederasi sepakbola Asia (AFC) untuk diputuskan siapa yang berhak mengikuti kompetisi profesional level 1 musim 2011/12.

Bila masalah Persija diserahkan kepada AFC, maka kasus Arema Indonesia akan berusaha diselesaikan melalui mediasi dengan PSSI.


Seperti diketahui, pengelolaan Persija kini diklaim dua kubu. Pihak pertama adalah PT Persija Jaya Jakarta pimpinan Ferry Paulus, dan kubu kedua dipimpin Bambang Sutjipto yang mendapat dukungan dari CEO Jakarta FC Hadi Basalamah.

Sedangkan Arema memiliki satu badan hukum, namun ada dua kepengurusan yang didaftarkan ke PSSI, yakni pimpinan Satria Budi Wibawa dari kubu M Nur, dan Iwan Budianto di pihak Rendra Kresna.

Read more.....

RESMI: Liga Pro Dibagi Dua Wilayah, Diikuti 32 Klub

Induk organisasi sepakbola nasional ini beralasan perubahan format kompetisi karena wilayah Indonesia yang terlalu luas.

Sihar Sitorus (goal.com)
PSSI telah memutuskan untuk menggelar Liga Profesional level 1 musim 2011/12 dengan menggunakan format dua wilayah. Masing-masing wilayah ditetapkan terdiri dari 16 klub.

Ketua komite kompetisi PSSI Sihar Sitorus mengungkapkan, dipilihnya sistem dua wilayah ini dengan alasan efisiensi, mengingat luasnya wilayah Indonesia. Pembagian tim di dua wilayah ini akan ditentukan berdasar letak geografis.


PSSI mengirim 34 nama klub yang akan mengikuti kompetisi Liga Profesional level 1 ke konfederasi sepakbola Asia (AFC). Namun jumlah itu nantinya bisa menciut bergantung keputusan AFC. Tapi Sihar menegaskan jumlah peserta kompetisi hanya 32 klub.

“Liga profesional level 1 akan dibagi dalam dua wilayah dengan masing-masing wilayah terdiri dari 16 klub per wilayah. Penentuan tim di satu wilayah berdasarkan letak geografis,” ujar Sihar.

Read more.....

13 Pemain Dikontrak Persija Jakarta Tiga Tahun

Greg Nwokolo menjadi satu-satunya pemain asing yang masih dipertahankan Persija.

Greg Nwokolo (goal.com)
Ketua umum Persija Jakarta Ferry Paulus mengungkapkan, pihaknya sudah mengontrak 13 pemain selama tiga tahun menghadapi kompetisi sepakbola nasional musim 2011/12.

Dari 13 pemain itu, hanya Greg Nwokolo yang sudah pasti menandatangani kontrak. Sedangkan Eric Bayemi dan Agu Casmir masih dalam tahap negosiasi. Sementara Oliver Makor dan Precious Emuejeraye kemungkinan besar tidak diperpanjang, seperti halnya dengan kiper veteran Hendro Kartiko.


Selain itu, setelah Mahadirga Lasut, striker Persijap Jepara Johan Juansyah juga sudah bergabung dengan Persija di musim 2011/12. Para pemain musim lalu yang sudah mengamankan tempat di Persija diantaranya Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, Alan Martha, Leo Saputra, dan Ramdani Lestaluhu.

Read more.....

Ferry Paulus: Data Kami Sudah Lengkap

Ferry menegaskan perseroan terbatas Persija yang diminta PSSI sudah terdaftar di Menkunham.

Ketua Umum Ferry Paulus (goal.com)
Ketua umum Persija Jakarta Ferry Paulus mengungkapkan, badan hukum PT Persija Jaya Jakarta yang dipimpinnya sudah memiliki surat keputusan dari kantor kementerian hukum dan HAM.

Hal itu diungkapkan Ferry usai melakukan pertemuan mediasi dengan ketua komite kompetisi Sihar Sitorus beberapa saat lalu. Perwakilan PT Persija Jaya pimpinan Bambang Sutjipto tidak hadir dalam pertemuan yang sudah diagendakan oleh PSSI.


“Kami sudah menyerahkan 15 berkas yang telah diminta PSSI. Malah kami menambah tiga berkas lagi sebagai back-up. PT Persija Jaya Jakarta juga sudah terdaftar di kantor kementerian hukum dan HAM. Perubahan itu sudah dilakukan sejak lama,” ujar Ferry.

"Kami sudah menyampaikan semua perubahan itu kepada PSSI. Dalam pertemuan tadi juga kami bahas."

Mengenai pertemuan dengan Sihar, Ferry enggan mengungkapkan. Ia kembali menegaskan pihaknya sudah menyerahkan semua berkas seperti yang telah diminta PSSI untuk menyelesaikan permasalahan.

“Pokoknya kami sudah menyerahkan semua berkas. Mengenai hasil akhirnya, kami serahkan kepada pengurus PSSI yang nantinya akan memutuskan,” kata Ferry.

Read more.....

Deltras Pertanyakan Sanksi PSSI

Manajemen Deltras Sidoarjo heran klub-klub seperti Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC Palembang tidak mendapatkan sanksi.

Deltras (GOAL.com/Eko Suswantoro)
Manajemen Deltras Sidoarjo merasa heran dengan keputusan PSSI menghukum enam klub yang menolak untuk mengikuti Indonesia Premiere League (IPL), sementara klub yang menolak lebih dari itu.

Seperti yang diketahui, Deltras bersama Persisam Putra Samarinda, Pelita Jaya, PSPS Pekanbaru, Persela Lamongan dan Persiba Balikpapan dihukum degradasi oleh PSSI karena menolak masuk ke IPL. Namun, Direktur Utama PT. Delta Raya Sidoarjo, Mafirion Syamsuddin, menilai keputusan tersebut sangat aneh karena ada lebih dari enam klub yang menolak IPL, seperti Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC Palembang.

"Karena mengapa hanya ada enam tim yang dihukum. Padahal, ada sekian banyak klub yang menolak ikut IPL," ujar Mafirion seperti yang dilansir Jawapos.

Read more.....

PSSI Kembali Bohongi Publik

Alex akan menanyakan pokok permasalahan antara PSSI dengan SFC kepada presiden klub H Dodi Reza.
 

Sihar Sitorus (goal.com)
Setelah sempat mengklaim Sriwijaya FC memilih mengikuti Liga Prima Indonesia, kini PSSI menyatakan telah berhasil melobi Gubernur Sumsel H Alex Noerdin.

Ketua Kompetisi PSSI, Sihar Sitorus, yang mengklaim SFC tetap berkiprah pada Liga Prima Indonesia (LPI) 2011-2012, setelah berhasil melobi Gubernur Sumatera Selatan selaku pembina klub.
Padahal Alex yang dikonfirmasi menyatakan tidak pernah dihubungi atau bahkan dilobi PSSI.

"Tidak ada dari pihak PSSI yang menghubungi saya. Saya juga heran kenapa bisa ada pemberitaan seperti itu," kata Alex di Palembang, Senin (31/10).

Untuk menindaklanjuti persoalan itu, Alex akan menanyakan pokok permasalahan antara PSSI dengan SFC kepada Presiden Klub H Dodi Reza.

Read more.....

Supporter

From :Muhammad Fadillah
To :humorline@hotmail.com
Subject :Fwd: [bobotoh] MAHIWAL !!!
Date : Wed, 22 Oct 2003 21:04:33 -0700 (PDT)


Gimana menurut mas bambang nih..

tengkiw
D 1 LE

Note: forwarded message attached.


__________________________________
From :

Reply-To :bobotoh@yahoogroups.com
To :bobotoh@yahoogroups.com
Subject :[bobotoh] MAHIWAL !!!
Date : 22 Oct 2003 17:58:48 -0000

Kejadian yang aneh-aneh memang sering terjadi di negara kita !!! bahkan imbasnya sampai ke dunia persepakbolaan kita.

Sepanjang pengetahuan saya mengenai sepak bola, ....... tidak ada yang namanya Supporter terbaik. Karena dalam dunia sepakbola, Supporter hanya merupakan Subjek,... bukan Objek. Jadi dalam hal ini, team sepakbolalah yang menjadi "Artisnya".

Tapi di negara kita, .....
beberapa Kelompok Supporter malah berlomba-lomba untuk menjadi "Artisnya", mereka malah berusaha memberikan hiburan melebihi
Team Sepak bolanya, bahkan dalam hal "Popularitas". Kelompok Supporter yang seperti ini, bahkan melupakan "Hakekatnya", sebagai pendukung dan penonton sepakbola. Mereka secara emosional malah lupa untuk membangkitkan semangat Timnya, karena sibuk mengutamakan misinya. Mereka lupa untuk menikmati "Indahnya" permainan sepakbola, Mereka lupa, Apa yang sebenarnya mereka perjuangkan, Bahkan, .... mereka lupa, untuk tujuan apa mereka datang ke Stadion, karena mereka terlalu sibuk menampilkan nyanyian dan tariannya, padahal pertandingan sepakbola di tengah lapangan sedang berlangsung.

Setahu saya, ..... di negara yang sepakbola sudah sangat maju dan memasyarakat, "Nyanyian" hanya di tujukan untuk memompa semangat juang para Pemain team kesayangannya. Supporter di Negara Eropa dan Amerika Latin khususnya, tidak pernah melakukan "Tarian-tarian" anehnya selama pertandingan berlangsung. Mereka hanya melakukan Konfigurasi tangan dengan tepukan-tepukan kompak, dan mengangkat tangannya sebagai sinyal kepada para pemain untuk terus berjuang selama di lapangan, dan itupun dilakukan hanya sekali-sekali, disesuaikan dengan situasi dan kondisi pertandingan.

Adakalanya kita harus bernyanyi, ... adakalanya kita harus menari, yang jelas jangan sampai dilakukan sepanjang pertandingan yang tengah
berlangsung.

Diluar semua itu, ..... apa perlu adanya pemilihan Kelompok Supporter terbaik? apa tujuannya? dan yang paling membingungkan, ..... APA KRITERIANYA ????

Dari dulu, VIKING selalu mempertanyakan hal tersebut kepada pihak PSSI. Bukankah kita datang ke STADION untuk mendukung dan mencurahkan TOTALITAS dan KECINTAAN kita kepada TEAM KESAYANGAN kita ? dan bukan untuk MENJADI yang TERBAIK serta mencari POPULARITAS. Kalau begini terus kondisi Supporter di Indonesia, ........ bisa jadi POPULARITAS Tim Sepakbolanya, akan terlindas oleh POPULARITAS Supporternya. Sungguh kasihan Team Sepakbola yang harus mengalami hal demikian, ....... amit-amit !!!


Selaku Supporter sejati, tampilah apa adanya, spontan dan berlandaskan rasa cinta terhadap Tim yang dibelanya. Peran Supporter adalah berusaha menjadi
PEMAIN KE-12. Dan kepada rekan-rekan sekalian, Tetaplah seperti itu!! jaga rasa 'Cinta" terhadap PERSIB, curahkan seluruh totalitas kalian hanya untuk
PERSIB, ketika memberi dukungan !!! dengan cara itu, IKATAN BATHIN antara SUPPORTER dan TEAM SEPAKBOLANYA pasti akan tercipta, dan itu sangat efektif dalam mendongkrak MOTIVASI para PEMAIN.

Ketika Team kita MENANG, ..... kita pantas BERSORAK, ...... dan ketika Team kita KALAH, ...... kita pantas MENANGIS. Ketika Team kita BERJAYA, ......
kita Pantas MEMUJANYA, ........ dan ketika team kita TERPURUK, ..... Kita HARUS MENEMANINYA !!! itulah salah satu bentuk CINTA YANG TULUS, sesuatu yang tak dapat dibeli oleh apapun dan merupakan ANUGRAH dari TUHAN YME!!

Saya akan bertanya apakah KITA pantas menjadi yang TERBAIK ??, sedangkan Team yang kita Bela tidak meraih penghargaan apapun.

Jabat Erat
VIKING PERSIB CLUB
-- YOEDI BADUY ---


Read more.....

Aksi Brutal Terjadi di Dalam Stadion

Jumat, 5 Oktober 2001

Kompas/julian sihombing
Jakarta, Kompas


Semifinal Liga Bank Mandiri yang digelar di Stadion Utama, Gelora Bung Karno hari Kamis (4/10) kembali tercoreng. Persepakbolaan nasional tetap belum beranjak dari warna brutal para pendukung tim-tim yang berlaga di semifinal. Stadion Utama Senayan diperkirakan merugi sekitar puluhan juta rupiah akibat kerusakan yang dilakukan brutal para pendukung. Sekjen PSSI Tri Goestoro, mengutip pernyataan Ketua Umum PSSI Agum Gumelar, kepada Kompas menyatakan rasa penyesalannya akibat ulah brutal para pendukung itu. "Ketua Umum PSSI menyatakan penyesalannya karena masih juga ada aksi brutal yang diperlihatkan pendukung tim," kata Tri.

"Kita sama-sama melihat justru di lapangan hijau sportivitas dijunjung tingi. Tetapi penonton masih belum dewasa juga. Analisis kami, ulah brutal itu datang dari
suporter yang tidak tergabung di dalam koordinator suporter. Kami mengimbau agar di final hari Minggu, para pendukung kedua tim yang menjunjung sportivitas sebagaimana dipertunjukkan oleh tim-tim yang mereka dukung," kata Sekjen PSSI.

Di semifinal itu, Persija Jakarta mengalahkan Persebaya Surabaya 2-1 (1-0). Pencetak gol Persija adalah Luciano Leandro di menit ke-41, dan Antonio Claudio di menit ke-86. Gol balasan Persebaya disumbangkan melalui penalti Uston Nawawi di menit ke-60.

Di semifinal kedua, juara bertahan PSM Makassar juga melaju ke final setelah menekuk PSMS Medan 5-4 melalui adu penalti. Sampai 120 menit pertandingan kedudukan tetap imbang 2-2 (1-1, 2-2, 2-2, 2-2).

Tiga algojo PSMS yang gagal menjalankan tugasnya dengan baik adalah Maurmada Marco, Edu Juanda dan Selamet Riyadi. Dua lainnya, Colly Misrun dan Ariel Guterrez, berhasil mengecoh penjaga gawang PSM Hendro Kartiko.

Sementara PSM Makassar hanya gagal di dua tendangan penalti yang dilakukan Miro Baldo Bento dan Ilham. Tiga algojo PSM lainnya yang menjalankan tugasnya dengan baik ke gawang PSMS yang dikawal penjaga gawang pengganti Suprayetno adalah Bima Sakti, Ortisan Salossa, dan Carlos De Mello.

Persija, juara tujuh kali Divisi Utama PSSI, dan PSM Makassar yang juara bertahan, akan bertemu di final hari Minggu mulai pukul 16.00 WIB. Presiden Megawati Soekarnoputri akan hadir di final itu sekaligus menyerahkan Piala Presiden ke tim juara.

Pertontonkan kekerasan

Berbagai aksi perusakan dipertontonkan para pendukung tim-tim yang berlaga di semifinal. Mereka merusak dan membakar bangku penonton, terlibat tawuran-bahkan memakai anak panah dari besi-dan saling lempar benda keras. Berbagai aksi brutal penonton ini kerap terlambat diantisipasi pihak keamanan. Di tribun atas, pembakaran spanduk dan bangku penonton terkesan didiamkan polisi.

Pembakaran spanduk dan tempat duduk penonton dimulai ketika partai Persija melawan Persebaya dimulai pukul 16.00. Para pendukung tim "Bajul Ijo" mulai menunjukkan agresivitasnya dengan membakari berbagai benda termasuk kertas, spanduk, dan bangku di tribun atas dan bawah selatan stadion.

Pembakaran ini didiamkan saja oleh aparat keamanan. Berulang kali announcer pertandingan mengimbau para pendukung tim "Bajul Ijo" menghentikan aksinya. Tetapi, imbauan ini tidak diacuhkan. Beberapa saat kemudian, atas kesadaran sendiri, mereka memadamkan api yang berkobar di kursi-kursi penonton di atas dan bawah tribun selatan.

Juga terjadi aksi pelemparan anak panah dari besi saat berlangsungnya partai keras antara PSMS melawan PSM, di timur tribun atas dan bawah. Sebagian penonton pendukung tim "Ayam Kinantan" bentrok dengan pendukung tim "Juku Eja".

Awalnya, para pendukung PSMS terdesak dan mencoba menghindari serbuan pendukung PSM dengan mencoba melompati pagar pembatas ke lintasan atletik. Tetapi, mereka dipukul mundur kembali ke tribun oleh aparat kepolisian.

Setelah itu, pendukung PSMS kembali mengejar pendukung PSM sampai ke sisi utara di bawah papan pencatat skor. Akibatnya, pendukung PSM yang terdesak juga menyelamatkan diri melompati pagar turun ke lintasan atletik di utara stadion. Polisi kembali memukul mundur para pendukung PSM dengan tendangan dan pukulan tongkat agar naik kembali ke tribun.

Warna lain yang meningkahi semifinal adalah lambannya tindakan awal aparat keamanan sehingga kerusuhan dan aksi pembakaran bukannya mereda, tetapi justru dilawan para pendukung tim-tim yang bertanding. (bw)

Read more.....

Keempat Tim Akan Tampil Sesuai dengan Karakter Khas

Kamis, 4 Oktober 2001

Kompas/julian sihombing
Jakarta, Kompas

Keempat tim empat besar Liga Bank Mandiri-PSMS Medan, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan PSM Makassar-bertekad akan mempertontonkan permainan terbaiknya di semifinal Liga Bank Mandiri hari Kamis (4/10) ini. Keempat tim juga menjanjikan akan tampil sesuai dengan karakter khas masing-masing yang sudah dikenal para pencinta sepak bola.

Tim "Ayam Kinantan" PSMS berjanji akan tampil seperti yang sudah dikenal dengan permainan kerasnya. PSM atau tim "Juku Eja" berjanji bermain solid dan merata tanpa tergantung dari seorang pemain bintang.

Sementara tim "Bajul Ijo" akan turun dengan
ciri permainan menyerang. Dan tim "Macan Kemayoran" yang difavoritkan menjadi juara akan turun dengan ciri khasnya bermain cantik dan langsung menyerang di menit-menit awal.

Tekad mereka mengemuka saat jumpa pers di Sekretariat PSSI di Jakarta, hari Rabu. Dalam jumpa pers itu hadir Pelatih PSMS Suimin Dihardja, Pelatih Kepala PSM Syamsudin Umar, Pelatih Persebaya Rudy Keltjes, dan Asisten Pelatih Persija Isman Jasulmei yang didampingi kapten Budiman. Hadir juga Sekretaris Jenderal PSSI Tri Goestoro, Bendahara PSSI Irawadi Hanafi, dan Kepala Humas PSSI Eddi Elison.

Menurut jadwal, Presiden Megawati Soekarnoputri diharapkan akan hadir di final hari Minggu nanti untuk menyerahkan Piala Presiden. Tetapi, sampai kemarin petang Tri Goestoro masih belum mendapat konfirmasi kehadiran Presiden.

Juara Liga Bank Mandiri kali ini akan diberikan hadiah Piala Presiden sebagai piala bergilir, dan uang pembinaan Rp 75 juta. Sementara runner-up menerima uang pembinaan sebesar Rp 50 juta.

Untuk pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak masing-masing mendapat Rp 25 juta. Selain itu, PSSI juga akan memberikan hadiah khusus kepada tim terbaik dalam bentuk penghargaan dan uang yang belum ditentukan besarnya.

PSMS "pincang"

Suimin dan kapten PSMS Slamet Riyadi berjanji akan menampilkan permainan terbaik dengan ciri khas keras, tetapi bukan kasar. "Tidak ada jalan lain melawan PSM kecuali tampil habis-habisan. PSMS akan turun dengan kekuatan penuhnya," janji Slamet.

Sedangkan Suimin mengakui kinerja timnya kali ini agak sedikit "pincang" karena ketidakhadiran gelandang M Erwin (30) yang terkena hukuman dilarang main aktif setahun oleh Komisi Disiplin PSSI.

"Absennya Erwin yang dihukum akan mengganggu kinerja tim kami. Tetapi, saya ingatkan, tim lain jangan pernah menganggap enteng kami," kata Suimin.

Suimin juga mengungkapkan ada empat pemain yang cedera, yakni Slamet, Colly Misrun, Marco Maurmada, dan Edu Juanda. "Ada empat pemain kami yang cedera, dan saya harap mereka semuanya pulih dalam waktu dekat ini. Tetapi, untuk tim-tim yang lain, harap diingat bahwa cederanya empat pemain kunci ini tidak akan menurunkan kekuatan kami," tegas Suimin.

PSMS Medan, menurut Suimin, tetap mempunyai karakter kuat walaupun kekuatan timnya berkurang menjadi tersisa 60 persen. PSMS berharap para pemain pengganti yang disiapkan bisa melapis kekurangan yang ada.

"Kami akan tetap menurunkan pemain-pemain kunci itu, tetapi mereka tidak jadi starter. Lihat dulu pemulihan kondisi mereka dalam hari-hari ini," kata Suimin yang mengaku dijanjikan hadiah naik haji oleh pengurus PSMS jika mampu membawa timnya lolos ke final.

Sementara Syamsudin menilai ambisi Manajer Tim Kadir Halid yang ingin mempertahankan gelar-sekaligus mencatat rekor dua kali juara dua kali berturut-turut-sebagai pelecut semangat dirinya dan anak-anak asuhannya. "Semua pemain kami siap dan fit, tidak ada yang cedera. Kami sebagai juara bertahan siap menghadapi permainan keras yang akan dikembangkan PSMS," kata Syamsudin.

Sementara itu, kubu Persebaya dan Persija lebih memilih merendah dan enggan mengungkap strategi. Mereka lebih memilih berbicara mengenai para pendukungnya yang dikhawatirkan akan menimbulkan keonaran.

Kedua tim sudah dipastikan akan kehilangan sejumlah pemainnya karena terkena kartu merah. Persebaya dipastikan akan turun tanpa pemain belakang Agung Setyabudi, sementara Persija tidak bisa memainkan Ebanda Timothe Gillian dan Djoko Kuspito.

"Sebagai pelatih, urusan kami bukan mengurus suporter. Suporter adalah urusan koordinator suporter dan pihak penanggung jawab keamanan. Kami hanya ingin bermain sebaik mungkin untuk menjadi juara. Tetapi, kami imbau para suporter Persebaya jangan membuat onar di Jakarta. Tontonlah dan nikmatilah sepak bola. Jangan buat onar," kata Rudy.

Sementara Budiman hanya berucap singkat, "Persija akan tampil habis-habisan di depan pendukung kami". (bw)

Read more.....

Hadi Basalamah Dikeroyok The Jakmania

Emosi The Jakmania terpancing ketika CEO Jakarta yang mengklaim sebagai pengelola Persija ini keluar dari sekretariat PSSI.

Dualisme pengelolaan Persija Jakarta berbuntut kepada aksi pengeroyokan puluhan kelompok suporter tim Macan Kemayoran The Jakmania terhadap Hadi Basalamah.

Hadi yang juga merupakan CEO klub Liga Primer Indonesia (LPI) Jakarta FC mengklaim sebagai pengelola Persija yang sah melalui PT Persija Jaya. Sedangkan kubu Ferry Paulus yang terpilih melalui musyawarah anggota pada Juli lalu menyatakan mereka sebagai pengelola yang sah.

Kedua belah pihak hari ini dipertemukan di PSSI. Pertemuan itu juga dihadiri
puluhan The Jakmania. Hanya saja, The Jakmania tidak bisa ikut ke dalam pertemuan, dan hanya berdiri di luar sekretariat PSSI di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Aksi pengeroyokan terjadi ketika Hadi hendak berjalan menuju mobilnya usai pertemuan. Melihat munculnya Hadi, puluhan The Jakmania yang masih bertahan langsung mengepung, dan beberapa diantaranya melakukan pemukulan. Sebagian besar meludahi Hadi.

Hadi kemudian berusaha diamankan ke dalam sekretariat PSSI. Aksi pemukulan itu pun terhenti setelah sejumlah petinggi The Jakmania memberikan peringatan kepada suporter.

“Ini reaksi emosional supertor. Mau bilang apa lagi? Saya tidak sakit hati, karena reaksi semacam itu bisa saja muncul. Yang jelas ini bentuk penganiyaan,” ujar Hadi.

Sumber: goal.com

Read more.....

Sekitar 30.000 Penonton Siap Serbu Senayan

Jumat, 20 Agustus 2004

Jakarta, Kompas - Sekitar 30.000 penonton diperkirakan akan menyerbu Senayan untuk menyaksikan pertandingan para mantan pemain sepak bola nasional yang terlibat di Turnamen Sudirman memperebutkan Piala Gelora Bung Karno, 21-26 Agustus di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Menurut panitia penyelenggara, Ronny Pattinasarany, yang juga akan memperkuat salah satu tim peserta Warna Agung Jakarta, sekitar 20.000 karcis dipesan grup Artha Graha dan 10.000 karcis lagi akan dijual dengan harga rata-rata Rp 1.000 untuk semua pintu, kecuali VIP Barat.

Acara pembukaan pada Sabtu (21/8) disiarkan langsung stasiun TVRI mulai pukul 15.30 dengan menggelarkan pertandingan Warna Agung melawan
Persebaya. Pada pertandingan kedua, di tempat yang sama, Persija Jakarta ditantang PSM Makassar. Turnamen yang menelan biaya sekitar Rp 800 juta akan dibuka oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu.

"Kami menggelarkan turnamen ini hanya karena rasa cinta yang dalam terhadap sepak bola, dan juga sekaligus ajang nostalgia bagi para pemain nasional yang pernah ikut mengharumkan sepak bola Indonesia di kancah internasional," kata pencetus turnamen ini, Teddy Lukman, dalam jumpa pers yang juga diikuti Kepala Unit IV Stadion Tenis Senayan Putu Megasuta di Senayan, Jakarta, Kamis (19/8) siang.

Seluruh peserta, terdiri dari enam tim, hari Jumat ini sudah masuk di tempat penginapan yang disediakan panitia. Keenam tim tersebut adalah Warna Agung sebagai tuan rumah, Persebaya Surabaya, dan PSMS Medan (Grup A), serta Persija Jakarta, PSM Makassar, dan Persib Bandung (Grup B). Mereka akan memperebutkan total hadiah Rp 39 juta. Semua hasil penjualan karcis dari pertandingan pembukaan sampai final disumbangkan kepada korban kebakaran di Muara Karang, Tanah Abang, dan Tanjung Priok.

Menurut Teddy, jika melihat materi pemain yang akan terlibat, turnamen ini bakal menyajikan sebuah tontonan menarik. Paling tidak, meski para pemain rata-rata berusia di atas kepala tiga, mereka masih memiliki teknik dan skill individu yang tinggi.

Warna Agung yang bertindak sebagai tuan rumah diperkuat Widodo Cahyono Putra, Maman Suryaman, Bambang Sunarto, Ronny Pattinasarany, Didiek Dharmadi, Louis Muhidin, Rully Neere, Risdianto, dan Denni Paslah.

Persebaya Surabaya dibela pemain- pemain terkenal, seperti Subangkit, Maura Helly, Yusuf Ekodono, Zainal Arifin, Hadi Ismanto, Putut Wijanarko, Ferril Hattu, dan Rudy Keeltjes.

Persib Bandung tak kalah gertak dengan membawa sejumlah pemain yang pernah sukses di tahun 1980-an. Mereka antara lain Adjat Sudradjat, Iwan Sunarya, Ade Mulyono, Sukowiyono, Dede Iskandar, Adeng Hudaya, Yoesoef Bachtiar, Djadjang Nurdjaman, dan pemain yang lebih senior, Encas Tonip.

PSMS Medan diperkuat Ricky Yakobi, Jamaludin Hutauruk, Yongki Haurisa, Juanda, Ramli Lubis, Iwan Karo Karo, dan Nobon. Sementara PSM Makassar dengan andalan Abdi Tunggal, Karman Kamaluddin, Syamsuddin Batola, Dullah Rahim, serta Rohandi Yusuf.

Persija Jakarta menurunkan Patar Tambunan, Marzuki Nyakmad, Ashary Rangkuti, Aji Ridwan Mas, Tony Tanamal, Rahmad Darmawan, Iswadi Idris, dan Yudo Hadianto. (YES)

Read more.....

DISIKAT PERSIJA, PSMS PROTES

Tidak puas dengan kepemimpinan wasit Agus Winardi, kubu PSMS Medan yang menyerah 0-3 atas tuan rumah PSMS Medan dalam lanjutan Liga Bank Mandiri di Stadion Lebak Bulus, Rabu (11/8), akan melakukan protes kepada PSSI. Mereka menilai wasit asal Malang itu tidak memimpin secara ‘fair play’, serta patut dicurigai.

”Saya bukan menuduh, tapi kepemimpinan wasit sangat patut dicurigai. Wasit begitu gampang mengeluarkan kartu kuning dan merah buat pemain PSMS, “tackle” sedikit saja langsung prit. Sementara untuk pemain Persija tidak begitu,” kata manajer tim PSMS Medan, Erwin Lubis usai pertandingan.

Akibat tindakan wasit yang dinilai
terlalu berpihak kepada tuan rumah, PSMS berencana mengajukan protes resmi kepada PSSI. ”Wasit bukan hanya berat sebelah, tapi benar-benar sudah memihak Persija. Mau dibawa kemana sepakbola kita kalau mutu wasitnya hancur begitu,” tegas Erwin.

Pertandingan kedua tim berjalan dalam tempo cepat dan keras itu. Karena itu tak heran jika wasit kerap meniupkan peluitnya. Saking kerasnya, wasit pun harus mengeluarkan satu kartu merah untuk pemain PSMS, Edu Juanda pada menit 60. Padahal pemain ini baru dua menit masuk lapangan menggantikan Arnaldo Viralba. Edu diganjar kartu merah setelah melakukan pelanggaran keras terhadap Gustavo Chena.

Selain satu kartu merah, wasit juga memberikan empat kartu kuning untuk pemain PSMS yakni, Restu Kartiko, Arnaldo Viralba, Mahyadi Panggabean, dan Adrian Colombo. Sedangkan satu kartu kuning diberikan kepada pemain Persija, Emmanuel Deporras.

Dengan hanya berkekuatan 10 pemain, PSMS yang sudah tertinggal 0-2 karena gol Bambang Pamungkas dan De Porras, sulit menghalau serangan Persija, sampai akhirnya Budi Sudarsono mencetak satu gol tambahan bagi tuan rumah pada menit 75.

Tim Persija Jakarta mengambil-alih pimpinan klasemen Liga Bank Mandiri 2004, setelah menang telak 3-0 atas tamunya PSMS Medan dalam pertandingan lanjutan Liga Bank Mandiri 2004 di Stadion Lebakbulus, Jakarta, Rabu.

Kemenangan Persija tak ayal lagi langsung menempatkan mereka ke posisi puncak klasemen, menggeser Persebaya. Persija mengemas nilai 42 dari 21 kali pertandingan, unggul tiga poin atas Persebaya. Persebaya sendiri kemarin tumbang 0-1 atas tuan rumah Persik Kediri.

Sementara itu dalam pertandingan lainnya, Persikota juga menang 3-0 atas tamunya Persipura di Stadion Benteng. Kemenangan serupa diraih pula oleh tuan rumah Persib yang sukses menggasak PSM Makassar 3-0 di Stadion Siliwangi.

Di Sleman, tuan rumah PSS menekuk PKT Bontang 2-0. PSS Mengemas nilai 36 dan berada di posisi keempat, satu tingkat di bawah PSM yang mengantongi nilai 39. Sedangkan di Semarang, Deltras menahan imbang tuan rumah PSIS 2-2. (kst) Sinar Harapan

Sumber: psmsmedan.multiply.com

Read more.....

Skuad Persija di tahun 1989


Skuad Persija 1989
Berdiri : Toni Tanamal (kapten), Didik Darmadi, Johny Bendatu, Haryono, Prasetyo Adhi, Kamarudin Betay
Jongkok : Hery Latief, Herman, Dadang, Dharma, Sain Irmis

Read more.....

Pengakuan Seorang Pemain Banyak yang Mengisap Shabu

Kamis, 27 April 2000

Jakarta, Kompas
Dugaan keterlibatan sejumlah pemain sepak bola dengan narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) ternyata tidak hanya terjadi sekarang ini. Dalam putaran 10 Besar Liga Indonesia V yang diadakan Maret 1999, lebih dari separuh pemain bahkan menggunakan narkotika jenis shabu untuk meningkatkan stamina mereka dalam pertandingan. Demikian pengakuan seorang pemain yang terlibat dalam putaran 10 besar kepada Kompas, Rabu (25/4), di Jakarta. "Mengisap shabu itu sudah biasa di sebagian teman saat itu. Banyak sekali yang menggunakan, mungkin mencapai 60 persennya," katanya. Menurut dia, sebagian pemain memang sengaja mengisap shabu sebagai doping menjelang pertandingan. Bahkan di kalangan pemain sering terjadi taruhan.

Bila dua tim bertanding, para pemain akan menilai jenis shabu milik siapa yang lebih baik. "Bila tim A menang, berarti
shabu yang dipakai para pemain tim A lebih bagus daripada yang dipakai para pemain pemain B," katanya.

Dalam putaran final 10 Besar Liga Indonesia V itu, penyebaran penggunaan shabu begitu luas karena para pemain dari 10 tim seluruhnya menginap di hotel yang sama. "Biasanya memakainya berkelompok-kelompok, sesuai dengan klub masing-masing. Tetapi, ada juga kelompok yang terdiri dari beberapa klub. Biasa, bila satu pemain ada teman dekatnya di klub lain lalu diajak," ujar seorang pemain itu.

Menurut dia, rekan-rekan "pemakai" itu sudah pandai meracik obat terlarang itu. "Pokoknya mahir sekali. Merakit tabungnya, apinya juga dibikin kecil, dan cara mengisapnya juga tidak canggung," katanya.

Para pemain itu biasanya mengisap shabu di siang hari pada jam makan siang atau waktu tidur siang. Saat bertanding sore atau malam hari, pengaruh psikotropika-membuat seseorang hiperaktif sebagai akibat shabu-sudah mempengaruhi badan.

"Kalau main sore, mereka biasanya tidak makan siang di ruang makan. Alasannya mau tidur saja. Setelah itu mereka beramai-ramai masuk kamar... Sementara kalau bertanding malam, setelah makan siang mereka masuk kamar dengan alasan mau tidur," ujarnya.

Saat ditanya mengapa tidak ada dokter atau pelatih yang curiga atau memergoki mereka, pemain itu menjawab karena di putaran 10 Besar konsentrasi pelatih lebih ditekankan pada strategi menghadapi lawan dibandingkan memperhatikan pemain satu per satu.

Para pemain yang memakai shabu juga memilih kamar yang jauh dari kamar pelatihnya. Jika akan diperiksa dokter, mereka umumnya menolak dengan alasan mau tidur karena mengantuk.

"Alasannya, paling mengatakan nanti saja setelah bertanding. Bahkan ada kelompok yang meminjam kamar temannya dari klub lain untuk mengisap shabu," katanya.

Berbentuk pil

Mantan pemain dan pelatih nasional, Sinyo Aliandoe, juga mengakui sudah ada satu sampai dua pemain yang biasa menggunakan pil perangsang saat dia menjadi pelatih tim nasional ataupun sejumlah klub Galatama. "Tetapi kalau benar sampai lebih dari 50 persen pemain dari tim 10 Besar, itu sudah sulit mengatasinya," katanya.

"Selama saya jadi pelatih memang saya ketahui satu atau dua pemain yang menggunakan. Meski belum pernah melihat dengan mata dan kepala sendiri, saya tahu dari pengamatan dan informasi kanan-kiri," kata Sinyo Aliandoe.

Dikatakan, obat yang diminum berbentuk pil.

"Apa istilahnya saat itu saya lupa," katanya. Menurut Sinyo Aliandoe, pemain yang memakai narkotika atau doping adalah pemain yang tidak disiplin. Pemain yang disiplin dan memiliki sikap profesional sebagai pesepak bola, kecil kemungkinan menjadi pecandu.

"Mereka suka begadang, makan minum tidak dijaga sehingga sebenarnya kondisi mereka tidak fit untuk bermain bagus. Untuk mendongkrak permainannya itulah si pemain memakai obat," katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi Organisasi PSSI Tondo Widodo mengingatkan, mulai sekarang PSSI sewaktu-waktu akan melakukan tes urine dan cara lainnya untuk menjaring pemain yang diduga memakai doping dan narkoba. PSSI kini telah membentuk Tim Penanggulangan Doping dan Narkoba yang diketuai Adang Ruchiatna.

Para pemain yang terjaring menggunakan obat terlarang itu tambah Tondo, diancam dengan hukuman berat sesuai aturan FIFA, yaitu dilarang bermain hingga dua tahun. Tidak itu saja, si pemain juga akan terus berurusan dengan PSSI.

"Kita akan cecar terus si pemain sehingga kita dapat membongkar jaringan obat terlarang yang melibatkan pemain itu. Bukan tidak mungkin akan menyangkut ke pemain lain," ujarnya. (yns)

Read more.....

Wahai Pengurus PSSI, Bangunlah dari Tidurmu!

Kamis, 27 April 2000
CATATAN SEPAK BOLA

SETELAH mendapat kucuran dana dari sponsor Bank Mandiri, PSSI tampaknya bisa tidur nyenyak. Paling tidak, persoalan pendanaan kompetisi yang selalu menjadi "momok" menakutkan, bisa diselesaikan untuk musim 1999-2000 ini.

Namun tidur PSSI ternyata tidak lama, ketika kasus nar-kotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) mencuat kembali ke permukaan, dipicu oleh dugaan kuat penggunaan barang haram tersebut oleh almarhum Eri Irianto (Persebaya Surabaya) dan Kuncoro (PSM Makassar).

Dugaan kuat ini memang masih harus dibuktikan, terutama oleh PSSI sebagai penanggung jawab tertinggi sepak bola nasional. Namun masyarakat tentunya tak bisa hanya terus disuguhi janji penyelesaian karena sebelumnya juga pernah terjadi pada kasus Kurniawan Dwi Julianto.

Kasus almarhum Eri dan Kuncoro sebenarnya sudah lama, sekitar tiga pekan lalu. Namun PSSI, seperti biasanya, terlambat menanggapinya secara serius. Baru hari Rabu (26/4), PSSI membentuk
Tim Penanggulangan Doping dan Narkoba yang diketuai Adang Ruchiatna.

Baiklah, karena memang ada pepatah better late than never. Hanya saja, PSSI kali ini harus benar-benar tuntas menyelesaikan kasus narkoba, yang oleh banyak pengamat dan mantan pemain disinyalir sudah begitu meluas digunakan oleh kalangan pemain.

Tuntutan penuntasan kasus narkoba ini sungguh merupakan harga yang tak bisa ditawar karena bersentuhan langsung dengan hakikat kompetisi dan sportivitas yang sedang ditata kembali oleh PSSI. Singkatnya, percuma dan hanya membuang waktu, tenaga serta biaya, jika PSSI tetap menggelar kompetisi yang dipenuhi dengan pemain-pemain pemakai narkoba dan doping.

***

LANGKAH PSSI membentuk tim penuntasan narkoba sebenarnya sebuah langkah maju. Paling tidak, PSSI mengakui kasus penggunaan narkoba dan doping ada di dalam tubuh sepak bola Indonesia.

Pengakuan ini penting karena masyarakat masih teringat pe-nyangkalan PSSI terhadap kasus yang menimpa Kurniawan menjelang keberangkatan tim sepak bola ke SEA Games 1999 Brunei Darussalam. Kala itu PSSI bahkan secara diam-diam tetap akan memberangkatkan Kurniawan ke Brunei yang risikonya sangat besar. Beruntung KONI menahan paspor mantan bintang Primavera itu sehingga Kurniawan urung nekat terbang ke Brunei.

Pembentukan tim yang diketuai Adang, merupakan momentum terpenting PSSI dalam menentukan langkah pembinaan. Tim ini diharapkan bekerja dengan agenda waktu yang jelas, transparan sehingga bisa dikontrol masyarakat.

Jangan sampai, tim ini hanya sekadar lip service untuk menyenangkan masyarakat, sementara aksinya tak kunjung tiba.

Dalam aksinya, tim Adang pasti akan berbenturan dengan banyak pihak karena kasus ini tergolong sangat sensitif. Na-mun dengan dukungan penuh dari masyarakat, tim ini tak perlu takut dalam melangkah.

Telah terbukti, selalu ada kecenderungan pihak klub membela pemainnya jika diduga menggunakan doping atau narkoba. Fakta juga menunjukan, pihak rumah sakit juga punya etika untuk tidak membeberkan catatan medis, kecuali kepada pihak keluarga.

Tim ini juga dituntut bekerja tuntas setuntas-tuntasnya, termasuk kalau perlu menjatuhkan hukuman berat kepada siapa pun yang terlibat kasus narkoba dan doping.

Adang adalah figur yang pas untuk menjadi ketua tim ini karena dia pernah menjadi ketua tim penyelidik kasus jual-beli pertandingan oleh wasit, dua tahun lalu. Kala itu, tim Adang mendapat banyak pujian karena berani merekomendasikan hukuman berat kepada sekitar 50-an wasit dan ofisial klub yang terlibat kasus ini.

Jika kelak di kemudian hari tim Adang ternyata mendapatkan begitu banyak pemain yang terlibat doping dan narkoba, PSSI juga diharapkan tidak segan-segan menjatuhkan hu-kuman berat. Tidak perlu khawatir kompetisi Liga Indonesia lantas kekurangan pemain, sebab apa yang bisa diharapkan jika kompetisi hanya dipenuhi pemain-pemain penenggak obat terlarang?

Lima tahun lalu, Malaysia pernah menjatuh-kan sanksi berat kepada sekitar 80 pemain yang terlibat suap. Kala itu, sepak bola Malaysia jatuh ke titik nadir. Akan tetapi, prestasi yang anjlok tidaklah terlalu penting dalam hal ini. Jauh lebih penting adalah mental, moral dan sportivitas kompetisi bisa diselamatkan dari jurang kehancuran. Membangun kompetisi mudah, akan tetapi membangun moral dan sportivitas memang kadang kala harus menjalani proses yang pahit-getir.

Tim Adang juga dituntut bekerja keras mengingat sepak bola Indonesia mulai mendapat kepercayaan kembali, ditandai oleh kesediaan Bank Mandiri menjadi sponsor, dan juga kesediaan stasiun-stasiun televisi untuk menyiarkan pertandingan.

Harus diingat, kepercayaan ini sangat mahal harganya! Sangatlah disayangkan jika kepercayaan harus hilang lagi karena PSSI tak serius mengungkap kasus doping dan narkoba. (anton sanjoyo)

Read more.....

Sejumlah Penonton Bersikap Brutal di Stadion Lebakbulus

Kamis, 27 April 2000

Jakarta, Kompas
Partai cantik antara "macan Kemayoran" Persija melawan PSMS Medan yang berakhir 3-1 (2-0) di Stadion Lebakbulus (Jakarta Selatan), Rabu (26/4), dinodai ulah brutal suporter PSMS Medan. Beberapa kali mereka melempari pemain di saat pertandingan dan masuk ke lapangan sambil melempari suporter lawan ketika pertandingan telah selesai.

Penjaga gawang Persija, Tata Saptaji merupakan pemain yang paling menderita karena gawangnya berada di depan tribune barat, tempat sebagian suporter PSMS menonton. Beberapa kali lemparan botol plastik minuman jatuh di sekitar Tata.

Setelah pertandingan usai, ratusan pendukung PSMS memasuki lapangan dari pintu barat sambil membawa tongkat-tongkat bambu dan botol-botol plastik. Mereka melempari sebagian penonton yang masih ada di tribune utama, serta berusaha menyerang suporter Persija di tribun utara dan di lapangan.

Kejadian yang berlangsung sekitar 20 menit itu berakhir saat
sejumlah polisi mengusir mereka keluar arena. Namun para pendukung PSMS itu tidak langsung pulang, mencegat "musuhnya" di Jalan Lebakbulus. Mereka antara lain mengeroyok dua pendukung Persija yang melintas naik sepeda motor.

Partai itu sendiri berlangsung menarik, meski tim "Macan Kemayoran" yang tetap menggunakan pola 3-6-1 lebih menguasai lapangan. Nuralim, Warsidi, Aris Hindarto, Budiman, Ali Sunan, Anang Maruf, Imran Nahumaruri, serta Bambang Pamungkas menampilkan kematangan teknis dengan umpan satu-dua sentuhan serta pergerakan yang terorganisir.

Sementara itu, di Stadion Haji Agus Salim, Semen Pa-dang yang bermain dengan 10 pemain menghempaskan Persijatim 2-1 (2-0). Dua gol kemenangan dicetak Ellie Aiboy dan Erol FX Iba.

"Alhamdulillah, dengan 10 pemain kita berhasil menumbangkan Persijatim. Kekalahan 4-0 saat partai tandang di putaran pertama berhasil kita tebus. Tekad kita dari semula memang menang dan hasilnya seperti Anda lihat," kata Jenni-wardin.

Di Stadion Gajayana, tuan rumah Arema Malang menundukkan Pupuk Kaltim Bontang 3-1. Luar biasanya, tiga gol Arema terjadi dalam kurun tidak lebih dari lima menit pertama.

Sekitar 25.000 penonton meneriakkan lagu-lagu dan yel-yel "tidak mungkin, tidak mungkin" yang artinya tidak mungkin Arema kalah. Makanya tiga gol datang begitu cepat karena para pemain lawan seperti kehilangan konsentrasi menghadapi yel-yel penonton.

Kalah lagi

Di Stadion Teladan, tuan rumah Medan Jaya kembali takluk di kandang sendiri, kali ini 1-2 dari PSBL Bandarlampung. Lebih menguasai jalannya pertandingan, PSBL membuka gol menit ke-27 melalui tembakan Widianto. Gol kedua diciptakan Doni Sember menit ke-80, sedangkan balasan Medan Jaya diciptakan Muhlis tiga menit menjelang pertandingan usai.

Kubu PSBL menyambut sangat gembira kemenangan ini, karena mereka telah selamat dari ancaman degradasi. "Dengan posisi di kisaran papan tengah, sudah bisa dipastikan kita tidak akan degradasi," ujar pelatih Halilintar Gunawan.

Di Stadion Mattoangin, tuan rumah PSM Makassar hanya mampu memasukkan satu gol ke gawang PSIM Yogyakarta. Gol yang dicetak Kurniawan Dwi Yulianto melalui sundulan menit ke-66 ini menjadi satu-satunya gol hingga pertandingan usai. Sementara dua gol PSM lainnya dianulir wasit Sugito.

Penampilan tim asuhan Syamsuddin Umar kali ini sangat buruk, sebab sepanjang pertandingan banyak peluang gol yang tidak dapat diselesaikan para pemain depan.

Tampil menyerang sejak awal pertandingan, tim "Juku Eja" praktis menguasai lapangan. Sayangnya, tidak kompaknya para pemain depan membuat serangan-serangan yang dibangun tidak terselesaikan dengan baik.

Meski kalah, pelatih PSIM Yogyakarta, Bartje Matulapelwa mengaku cukup puas dengan penampilan tim asuhannya yang dalam pertandingan ini tampil tanpa pemain asing.

Yang menarik, para pemain PSM dalam pertandingan ini membagikan baju kaus bertuliskan "Kuncoro, Kami Tetap Bersamamu" kepada para penonton. Pembagian kaus ini dimaksudkan untuk memberi semangat bagi pemain PSM yang sementara terbaring sakit itu. (yul/sp/ody/joy/yns/nal)

Read more.....

Menghormati Keputusan FIFA

Kontroversi tentang empat calon Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia yang ditolak FIFA sebaiknya tak diperpanjang. Tak ada gunanya berlarut-larut mempersoalkan keputusan badan sepak bola dunia yang sudah final itu. Lebih baik menghormati keputusan tersebut dan segera berkonsentrasi pada agenda memajukan sepak bola nasional.

Keputusan FIFA itu disampaikan Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar, Kamis lalu. Federasi yang dipimpin Sepp Blatter ini menyatakan menolak pencalonan Nurdin Halid, Nirwan Bakrie, George Toisutta, dan Arifin Panigoro sebagai calon Ketua Umum PSSI. Ini berarti keempatnya tak boleh maju sebagai calon nakhoda PSSI dalam kongres akhir Mei mendatang.

Bisa dimaklumi bila keputusan FIFA tersebut menyulut protes dari pengusung nama-nama itu. Sebanyak 82 suara pendukung Toisutta-Panigoro, misalnya, menilai keputusan tersebut tak berdasar. Namun sangatlah tak produktif jika ketidaksetujuan itu kemudian disertai sejumlah ancaman, seperti klub Persiba Balikpapan dan Persipura Jayapura yang mengancam menggelar kongres sendiri.

Federasi sebenarnya sangat mungkin mengeluarkan keputusan yang tak melarang pencalonan Toisutta, Panigoro, dan Nirwan jika saja mereka mendapat informasi yang cukup tentang aspirasi mayoritas pemilik suara kongres. Tapi Agum, yang menemui Blatter, harus diakui tak berhasil meyakinkan eksekutif FIFA bahwa pencalonan ketiganya tak melanggar Statuta FIFA. Sebaliknya, pencalonan Nurdin Halid jelas-jelas menabrak Statuta FIFA yang mensyaratkan calon ketua belum pernah menjadi narapidana.

Komite Normalisasi, yang mendapat kewenangan kuat dari FIFA, dinilai tak mampu menjelaskan bahwa Komite Banding yang menganulir pencalonan keempatnya sebenarnya tidak sah. Komite Banding ini tidak dibentuk melalui kongres anggota PSSI sebelumnya, tapi ditunjuk sebelum Kongres Pemilihan. Keputusan penganuliran oleh Komite Banding inilah yang kemudian menjadi dasar keputusan FIFA.

Tentu saja FIFA yang mendapat informasi tak tuntas ini tak salah jika akhirnya memutuskan tetap menolak pencalonan keempatnya. Boleh jadi lembaga yang menaungi sepak bola seluruh dunia tersebut memiliki pertimbangan lain demi menghindarkan sepak bola Indonesia dari perpecahan antarkubu pendukung. Apa pun pertimbangan FIFA, tetap saja keputusan mereka bersifat final dan mengikat.

Tak elok bila keputusan tersebut kemudian disikapi dengan keras kepala. Berbagai komentar yang menyebutkan larangan FIFA itu telah melanggar hak asasi tentu berlebihan. Sikap ngeyel, apalagi menuduh, bisa menimbulkan antipati pada sang calon. Kengototan untuk tetap mencalonkan diri, dengan mengabaikan keputusan FIFA, malah bisa mengundang kecurigaan bahwa sang calon sesungguhnya tak cukup tulus memajukan sepak bola Indonesia.

Menghormati keputusan Federasi justru lebih terpuji. Bagaimanapun era Nurdin yang ricuh dan tanpa prestasi telah berakhir. Kini ada banyak nama lain yang lebih pantas untuk memajukan sepak bola Indonesia. Para calon yang ditolak FIFA itu tinggal menyiapkan kader terbaik mereka untuk memimpin PSSI.

Berlama-lama tenggelam dalam kontroversi pemilihan calon ketua jelas tak baik bagi organisasi yang semestinya mengutamakan pembinaan sepak bola itu. Terlalu sayang bila energi untuk mengejar prestasi tersebut akhirnya hanya dipakai untuk mengurus pengurus PSSI yang tak pernah becus itu.


Sumber: tempointeraktif.com, Sabtu, 23 April 2011 | 00:33 WIB

Read more.....

Tim Lokal dan 2 Tim Asing Ramaikan Piala Bang Yos

Kamis, 03 Februari 2005 14:24
Kapanlagi.com - Kompetisi Piala Emas Bang Yos (PEBY) kembali digelar tahun ini. Sekitar delapan tim siap mengikuti turnamen yang akan berlangsung 6-13 Februari dengan total hadiah Rp745 juta. Delapan tim itu terbagi ke dalam dua grup yakni Grup A yang terdiri dari Persija Jakarta, PSM Makasar, PSIS Semarang dan Geylang United Singapura.

Sedangkan Grup B terdiri dari Persebaya Surabaya, PSMS Medan, Persib Bandung dan Tim Myanmar Selection. Guna menambah kadar persingan plus mutu turnamen ini, tahun 2005 ini mencoba menghadirkan dua kesebelasan asing. Dengan harapan sebagai sarana melakukan perbandingan kekuatan lokal dengan tim asing.

Ketua Umum Panitia PEBY Firman Hutadjulu menyatakan, ide awal turnamen digagas untuk
mengembangkan potensi sepakbola nasional. Juara turnamen PEBY ini berhak atas hadiah Rp225 juta, sedang runner-up Rp175 juta. Sementara itu runner-up grup mendapat Rp75 juta, sedang urutan tiga dan empat mendapat Rp25 juta.

Turnamen yang digelar untuk kedua kalinya ini juga memberikan hadiah kepada pemain terbaik dari setiap pertandingan dengan hadiah uang tunai Rp5 juta. Selain itu pemain terbaik dalam keseluruhan turnamen mendapat hadiah uang Rp15 juta dan top skor Rp15 juta. (*/tut)

Read more.....

Acungan Jempol buat Ebanda Timothy

Catatan Sepak Bola Ronny Pattinasarany

TIDAK pelak lagi bintang dari pertandingan semifinal Persija Vs PSIS hari Kamis (1/4) adalah Ebanda Timothy dari PSIS. Kemampuannya mengkoordinir lapangan tengah membuat permainan PSIS secara keseluruhan enak ditonton. Aliran bola dari kaki ke kaki secara cepat dilakukan pemain dalam usaha menerobos pertahanan lawan.

Timing-nya sering tepat pada saat datang membantu rekannya yang berada dalam kesulitan dan pandai mengubah arah permainan dari satu sisi lapangan permainan ke sisi lain. Yang menonjol dari Ebanda tugasnya mematikan gerakan
otak serangan Persija, Luciano Leandro, dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Kemenangan PSIS bukan karena nasib, mereka justru mampu menerapkan taktik tepat guna dalam meredam kekuatan lawan. Mengetahui kelebihan kualitas individu pemain, sejak awal pertandingan, mereka mampu merebut insiatif permainan.

Mereka bukan saja melakukan tekanan keras terhadap lawan yang menguasai bola, tetapi juga setiap pemain Persija yang dianggap bisa membahayakan gawangnya mendapatkan pengawalan ketat. Begitu kehilangan bola, pemain tidak mundur masuk bertahan ke daerah permainan sendiri, tetapi langsung menekan lawan yang menguasai bola.

Taktik ini sangat jitu dalam mengganggu konsentrasi pemain Persija. Akibatnya mereka kehilangan kontrol terhadap pertandingan, membuat mereka mudah melakukan kesalahan dan sulit melepaskan diri dari tekanan lawan. Di sinilah awal kesalahan yang dilakukan Persija.

Mereka justru mengikuti ritme yang dikembangkan lawan. Tanpa ada usaha meredam kecepatan permainan PSIS, dengan menurunkan tempo permainan misalnya melakukan umpan dari ke kaki yang didukung dengan pergerakan pemain tanpa bola. Dengan tujuan utama menahan bola selama mungkin dalam penguasaan tim.

Begitu mampu menggagalkan serangan, terlihat pemain Persija ingin secepatnya mengalihkan bola masuk ke daerah permainan lawan. Rocky maupun Miro Bento di depan senantiasa kesulitan menerobos lini pertahanan lawan. Di babak kedua, penampilan Persija tetap saja monoton, tidak ada perubahan taktik guna mencari peluang di daerah pertahanan lawan.

Di sini terlihat ketidakjelian pelatih Herry Kiswanto dalam mengoptimalkan kekuatan timnya. Toh kalah satu atau lebih sama saja, timnya pasti tersingkir. Dalam situasi ini, pelatih harus berani ambil risiko dengan menempatkan banyak pemain naluri menyerang.

***

DARI pertandingan semifinal lainnya, Persebaya Surabaya melalui perjuangan berat dan melelahkan akhirnya menang melalui tendangan adu penalti. Partai pertandingan Persebaya lawn PSMS Medan berlangsung menarik dan menegangkan. Ini juga karena dua tim dalma kompetisi perserikatan sebelumnya termasuk musuh bebuyutan.

Kelebihan kualitas individu pemain, membuat Persebaya mampu memegang kendali permainan. Koordinasi antarpemain terjaga baik, memudahkan mereka saling mengontrol baik saat timnya berada dalam situasi menyerang, maupun bertahan.

Penekanan pada kekuatan daya serang, memaksa PSMS Medan banyak menarik pemainnya masuk bertahan di daerah permainan sendiri, guna meredam kekuatan daya serang lawan. Sayang semangat guna mempertahankan gawangnya dari kebobolan, tidak diimbangi dengan tugas yang jelas di antara sesama pemain.

Tingginya tempo permainan yang dikembangkan PSMS, bukan saja menggoyahkan konsentrasi kekuatan pertahanan Persebaya, tetapi juga banyak menguras tenaga pemain. Tidak terlihat lagi penjagaan ketat terhadap lawan. Begitu juga saat gagal menyerang, pemain tidak lagi disiplin untuk secepatnya kembali ke posisi agar dapat mengontrol permainan lawan.

Beruntung dalam kondisi pemain yang tidak lagi prima, PSMS tidak dapat memanfaatkan situasi untuk terus menekan pertahanan Persebaya. Bahkan terlihat setelah mampu menyamakan kedudukan satu-satu konsentrasi pemain terpecah, antara tetap ingin meningkatkan daya serang, tetapi, juga tidak ingin gawangnya kebobolan.

Lolosnya dua tim Persebaya dan PSIS tampil di partai final tanggal 4 April nanti, diramalkan berlangsung menarik, mengingat dua tim punya kualitas yang tidak berbeda jauh, dan sama punya dukungan fans yang fanatik. *

Sumber: psmsmedan.multiply.com

Read more.....
 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Powered by    Login to Blogger