Sobat en sabit...Saya lagi sedih nih, jagoan saya kalah lagi. Takluk dari Sriwijaya FC 0-1 pass, gak kurang dan gak lebih...
Huu.huu.huuuuu
Kemarin di Copa Indonesia kalah di semifinal lawan Persipura, sekarang di Liga juga cuma sampai semifinal. Spesialis semifinalis nih...
Sudahlah, kalah adalah kalah. Saya ucapkan selamat buat Sriwijaya FC, salut buat bang Rahmad Darmawan. Semoga sukses di final dan meraih "double winner".
Gelora Bung Karno seolah menjadi tempat yang kurang bersahabat bagi Persija. Bahkan ada yang menyebut istilah "Trauma Senayan". Padahal bisa dibilang Persija menjadi tuan rumah di sini. Puluhan ribu The JakMania sudah memadati setiap jengkalnya untuk mendukung sang Macan Kemayoran. Harapan mereka tentu agar menjadi saksi sejarah, Persija lolos ke final dan menjadi juara Liga Indonesia 2008.
Sayang harapan tinggal harapan. Kucuran dana APBD yang belasan milyar itu tidak bisa terbayarkan dengan satupun tropi juara. Padahal dilihat dari segi materi pemain, Persija saat memiliki sejumlah pemain terbaik di Indonesia. Sebut saja Bambang Pamungkas, Atep dan Ismet Sofyan. Namun ternyata itu belum cukup untuk sekedar merasakan partai final.
Kalau sudah kalah, tentu mudah mencari mencari kambing hitam. Dari pelatih, pemain, wasit, hakim garis, bahkan suporterpun bisa ditunjuk menjadi biang keladi kekalahan.
Tidak jarang juga meyalahkan sesuatu yang jelas-jelas tidak salah. Dalam hal ini Stadion Gelora Bung Karno dianggap tidak membawa keberuntungan bagi Setiap Persija main di sini. Lho apa salahnya stadion...????
Ada juga yang menyalahkan warna kaos yang dipakai Persija. Tadi memang Persija menggunakan kaos warna hitam bukan oranye seperti biasanya. Lalu warna hitam yang menjadi tanda berkabung disangkut pautkan dengan nasib buruk di akhir pertandingan. Untung tidak menyalahkan warna kulitnya Abanda yang hitam legam...(he.he sorry bukan rasis loo)
Pahit memang menerima kekalahan. Terlebih bagi seorang suporter Persija seperti saya ini. Saya sudah nonton Persija sejak tahun 80an. Ketika itu bang Rahmad Darmawan masih bermain bersama Marzuki Nyak Mad, Toni Tanamal dan mantan pelatih saya bang Patar Tambunan. Waktu itu stadionnya masih di Menteng yang sekarang digusur Sutiyoso untuk dijadikan Taman kota.
Tapi sekarang adalah waktunya menahan sedih. Makanya saya nulis artikel ini, buat menyalurkan emosi yang sudah sampai ubun-ubun...Daripada marah-marah tidak karuan apalagi sampai bikin onar. Hwarakadah...
Saya sangat berharap teman-teman saya para suporter fanatik Persija yang berjuluk The JakMania dapat menerima kekalahan ini dengan lapang dada. Ingatlah bahwa ini hanyalah sepakbola. Kalah dan menang adalah suatu hal uang biasa...Menagislah, tumpahkan kecewa dan kesedihan. Namun jangan sekali-kali terpancing anarkisme. Tunjukkan kalian adalah suporter sejati yang punya hati dan punya otak...!!! Ingat, kalian dari anak Jakarta, bukan anak hutan...!!!
Saya tidak ingin kekalahan kesedihan saya bertambah lagi. Sudah kesebelasan kesayangan saya kalah, suporter kebanggaan saya malah bikin ulah. Semoga hal ini hanya kekhawatiran saya yang terlalu berlebihan.
Walau saya tidak berasal dari keturunan Betawi tapi saya lahir dan dibesarkan di Jakarta, karena itulah saya sangat mencintai Jakarta. Karena saya mencintai Jakarta itulah maka saya mencintai Persija. Dan sebagai tanda bukti kecintaan saya terhadap Persija maka saya dan beberapa teman membentuk The JakMania. Ya, saya memang termasuk pendiri The JakMania dengan nomor anggota JM/003...
Saya, Ferry (sekarang asisten manajer Persija) dan beberapa teman di Commandos, nama pendukung Klub Pelita Jaya dahulu, diminta oleh Diza R.Ali (manajer Persija saat itu) untuk membuat kelompok suporter bagi Persija. Dalam perkembangannya kemudian kami mengajak Gugun Gondrong untuk ikut terlibat mengingat statusnya sebagai public figure dapat mengangkat nama The JakMania. Saat itu saya bermimpi dapat melahirkan sebuah kelompok suporter modern yang fanatik, atraktif dan jauh dari kesan rusuh seperti pada umumnya.
Namun sekarang mimpi saya itu belum dapat terwujud. Namun saya tetap berharap agar mimpi itu dapat diwujudkan. Mungkin besok, lusa atau tahun depan. Semoga...
Kembali ke soal kekalahan Persija, saya pemain dan seluruh anggota team tidak terus larut dalam kekecewaan. Masih ada pekerjaan di depan mata, meraih peringkat tiga yang akan dapat sedikit mengobati luka.
Selanjutnya, lakukan evaluasi total. Perbaiki kekurangan-kekurangan secepatnya sebelum kompetisi berikut kembali bergulir. Sempurnakan komposisi pemain. Ganti pemain yang dinilai kurang memberikan kontribusi dengan pemain baru yang lebih berkualitas. Prioritaskan pemain muda yang berasal dari klub lokal binaan Persija. Saya yakin banyak bibit muda yang dapat diasah dan diangkat ke tingkat yang lebih tinggi.
Masalah sumber dana juga menjadi tantangan di musim depan. Dana APBD sudah tidak lagi dapat diharapkan. Untuk itu pengurus dan pembina harus dapat mencari solusi yang tepat dan cerdas dalam menyiasatinya. Apalagi tahun depan akan mulai bergulir Super Liga sehingga jumlah pertandinga akan semakin banyak begitu juga pengeluarannya.
Semoga musim kompetisi tahun depan akan menjadi tahun kejayaan bagi Persija. Sebagai penggemar saya sudah rindu melihat Macan Kemayoran mencengkeram tropi juara.
Biarpun klub kita berbeda, tapi kita punya kesamaan. Sama-sama ingin melihat kemajuan sepakbola nasional...Setujuuuuu...???
jangan cengeng ! ni ari kalah, besok kudu trenan lagi biar bisa ngadu lagi, tapi jangan cuman dilapangan, kite juga kudu bisa beberes dalem kongsi, kalo base korannye matching
Comment Form under post in blogger/blogspot