Selamat jalan, Sinyo Aliandoe...

Nama Sinyo Aliandoe harus dicatat dengan tinta emas sebagai salah satu pemain dan pelatih sepakbola nasional dengan sederet prestasi level internasional. 

Beliau adalah pelatih yang membawa timnas Garuda menjadi juara grup 3B dengan menyisihkan India, Thailand dan Bangladesh pada kualifikasi Piala Dunia Meksiko 1986. Sayang di babak berikutnya timnas ditaklukan Korsel yang akhirnya lolos ke Meksiko setelah kalah 0-2 dari di Seoul dan dihajar 4-1 saat bermain di Senayan. 

Sebastian Sinyo Aliandoe adalah putra kelahiran Larantuka, Flores Timur, 1 Juli 1940. Karir sepakbolanya dimulai sejak menempuh pendidikan di Sekolah Guru Pendidikan Jasmani di Singaraja, Bali. Bakatnya yang luar biasa mulai dipoles saat menjadi pemain inti bond Perseden, Denpasar.

Sukses kemudian berlanjut ketika dia digaet oleh Persebaya, Surabaya sebelum akhirnya bergabung dengan Persija di tahun 1963. Baru satu tahun, Sinyo berhasil membawa Persija menjadi juara Divisi Utama PSSI pada 1964. Gelar juara makin berkesan karena Persija menjadi tim yang tak pernah kalah. Keberhasilannya bersama Persija membuat pelatih timnas saat itu drg. Endang Witarsa kepincut membawa Sinyo masuk dalam jejeran gelandang tim nasional bersama Soetjipto "Gareng" Soentoro, Bob Hippy dan M. Basri.

Selama memperkuat timnas dari tahun 1964 sampai 1969, Sinyo berhasil memberikan tiga gelar untuk skuad merah putih, yakni Piala Aga Khan di Dakka (Bangladesh), Piala Raja di Thailand, dan juga Merdeka Games di Malaysia. Namun sayang, ia harus mengakhiri karier sebagai pemain bola pada usia muda setelah menderita cedera parah, patah tulang pada pergelangan kakinya.

Sinyo kemudian memilih untuk menjadi pelatih. Tidak disangka nama Sinyo Aliandoe sebagai pelatih langsung melejit setelah berhasil membawa Persija juara di tahun 1973 dan 1975.
Skuad Persija saat juara di tahun 1973 yang ditangani Sinyo Aliandoe (foto:persijamuda)
Alhasil Sinyo dijuluki pelatih muda terbaik oleh media saat itu.  Keberhasilan itu juga seolah membayar lunas jasa Persija yang telah membesarkan namanya.


Selain itu, Sinyo Aliandoe juga pernah menangani klub Indonesia Muda, Tunas Jaya dan Jayakarta. Bersama Jayakarta, Sinyo berhasil meraih gelar juara pada putaran kompetisi Persija (1975-1978).

Pada medio 70-an, Sinyo dikirim oleh F.H. Hutasoit (manajer Persija kala itu)  untuk menuntut ilmu ke Manchester United, Inggris. Sekembalinya dari berguru ke negri Ratu Ellizabeth, Sinyo mengenalkan pemahaman baru tentang taktik offside. Waktu itu, offside hanya digunakan sebgai jebakan semata, tanpa ada pergerakan pemain belakang yang keluar sebagai sebuah satuan unit. Namun ditangan Sinyo, offside disulap menjadi suatu taktik untuk melakukan pressing pada lawan.

Untuk meningkatkan ilmu kepelatihannya, selain ke Inggris Sinyo Aliandoe juga pernah menimba ilmu ke Malaysia, Jerman dan Brasil. Hasilnya, dia adalah satu dari sedikit pelatih kita yang memiliki sertifikat FIFA Coaching Academy. Om Sinyo adalah pelatih terakhir yang membawa Indonesia berjaya merebut medali emas di SEA Games Manila 1991. Puncak karir Sinyo Aliandoe adalah saat bersama asistennya Bertje Matulapelwa, menukangi Timnas pada kualifikasi Piala Dunia Meksiko 1986.

Hermansyah, Ristomoyo, Didik Darmadi, Warta Kusuma, Elly Idris, Bambang Nurdiansyah, Noah Meriem, Zulkarnain Lubis, Herry Kiswanto, Ferrel Raymond Hattu dan Dede Sulaiman adalah sederet nama yang pernah merasakan tangan dingin Sinyo dalam membentuk tim. Bahkan bek kiri Ristomoyo  berhasil diorbitkan dari dari klub Galatama Caprina, Bali.

Nama Sinyo Aliandoe juga tak bisa lepas dari sejarah klub Arema Malang. Berkat kedekatannya dengan Acub Zainal, Sinyo Aliandoe ditunjuk menjadi pelatih pertama Arema Malang selama dua musim dari tahun 1987 sampai 1989. Sebagai pelatih klub yang baru dibentuk tentu ia harus kerja keras membangun tim. Apalagi saat itu Malang masih identik dengan klub perserikatan Persema Malang. Untuk itu ia merekrut pemain-pemain seperti Maryanto (Persema), Jonathan (Satria Malang), Kusnadi Kamaludin (Armada), Mahdi Haris (Arseto), Jamrawi, Yohanes Geohera (Mitra Surabaya) dan kiper Dony Latuperisa.

Saat sepakbola nasional diguncang kisruh di tahun 2011, Sinyo Aliandoe ikut ditunjuk FIFA menjadi anggota Komite Normalisasi yang diketuai Agum Gumelar. Komite ini dibentuk dan ditugaskan untuk menggelar pemilihan ketua umum PSSI baru menggantikan Nurdin Halid yang dibekukan oleh FIFA.

Kini Sinyo Aliandoe telah tiada. Pagi tadi, Rabu 18 Nopember 2015 beliau meninggal di RS. Mayapada Puri Indah. Beliau telah pergi meninggalkan sederet prestasi membanggakan buat bangsa. Semoga semangat dan dedikasi beliau bisa menjadi contoh teladan bagi generasi muda di dunia sepakbola nasional. 

Selamat jalan, Om Sinyo... Terima kasih atas semua dedikasimu untuk Persija dan Merah Putih...

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Powered by    Login to Blogger